Selamat datang di dunia startup yang penuh dengan daya tarik, di mana ide-ide inovatif menjadi pendorong utama dalam bisnis dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global. Amerika Serikat, sebagai pemimpin di bidang ini, memiliki 75.056 startup, sementara Indonesia berdiri di peringkat ke-5 dengan 2.347.

Namun, meskipun atmosfer startup dipenuhi ambisi dan kreativitas, kami harus menyadari bahwa hanya sekitar 40% dari mereka yang benar-benar mencapai keuntungan, sehingga menunjukkan adanya tantangan yang harus dihadapi.

Di dalam chapter ini, kami akan memperkenalkan Anda pada dunia startup dengan berdasarkan “The Startup Owner’s Manual” yang ditulis oleh Steve Blank dan Bob Dorf. Tujuan kami adalah memberikan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk membantu Anda dalam perjalanan kewiraswastaan Anda.

Apa itu startup?

Secara umum, definisi startup adalah sebuah perusahaan baru yang sedang dalam tahap awal pengembangan. Para pengusaha mendirikan startup dengan tujuan mengembangkan produk atau layanan yang mereka yakin akan diminati oleh pasar. 

Pada tahap awal ini, perusahaan seperti ini umumnya mengalami biaya tinggi namun pendapatan yang masih terbatas, sehingga mereka perlu mencari sumber pendanaan dari berbagai pihak seperti modal ventura.

Namun, Steve Blank memiliki pandangan yang lebih khusus mengenai definisi startup. Baginya, usaha baru adalah suatu organisasi bersifat dinamis yang berfokus pada eksplorasi dan pencarian model bisnis yang dapat diulang dan diperluas (scalable) secara berkelanjutan.

Definisi startup menurut Steve Blank.

Untuk lebih memahaminya, mari kita memperdalam definisinya menjadi empat bagian dan menganalisisnya.

  1. Sifat Dinamis: Startup memiliki orientasi pada pertumbuhan dan perubahan. Mereka tidak bersifat statis dan terus berupaya untuk berkembang.
  2. Eksplorasi dan Inovasi: Pada awalnya, startup berfokus pada pencarian solusi atas pertanyaan-pertanyaan krusial yang terkait dengan cara operasional bisnis mereka.
  3. Berulang: Bisnis berusaha untuk mengembangkan dan mengoptimalkan model bisnis mereka agar mampu konsisten menghasilkan pertumbuhan yang stabil.
  4. Skalabilitas: Setelah berhasil menemukan model yang sukses, bisnis dapat memperluas operasionalnya untuk mencapai lebih banyak pelanggan dan memberikan dampak yang signifikan dalam industri atau pasar yang mereka geluti.

Siklus hidup startup

Menurut pandangan Steve Blank, proses perkembangan sebuah bisnis dapat dibagi menjadi tiga tahap utama sebelum mencapai posisi sebagai perusahaan besar, yaitu: search, build, grow. Mari kita mendalami setiap tahapnya:

Siklus hidup startup

1. Search

Pada tahap ini, fokus utama Anda adalah mencari model bisnis yang sukses. Saat ini, fleksibilitas dan kesiapan untuk melakukan perubahan sangatlah penting guna menemukan kesesuaian produk dengan pasar.

Panduan Startup: 9 Alasan Mengapa Banyak Tak Mampu Bertahan

Kesesuaian produk-pasar (product-market fit) diartikan sebagai memiliki produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan pasar tertentu. Ini mirip dengan berada pada posisi yang tepat dengan menawarkan hal yang sangat diinginkan oleh orang-orang.

Organisasi pada fase ini umumnya masih kecil, dengan tim yang terdiri dari kurang dari 40 orang, dan seringkali mengandalkan pendanaan dari putaran awal atau investasi Seri A. Untuk mencapai kesuksesan di tahap ini, perusahaan harus mengadopsi mentalitas “lakukan apa pun yang diperlukan”, karena kegagalan dalam melakukannya dapat menyebabkan kegagalan startup.

2. Build

Setelah menyelesaikan tahap ‘search’, usaha Anda beralih ke tahap ‘build‘, yang terkadang juga disebut tahap ‘execution‘. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan jumlah pelanggan dengan menarik lebih banyak konsumen dan mencapai arus kas positif.

Panduan Startup: 9 Alasan Mengapa Banyak Tak Mampu Bertahan

Selama fase ini, perusahaan biasanya memiliki sekitar 40 karyawan dan dapat berkembang menjadi 175 hingga 700 karyawan. Jika perusahaan Anda memiliki dukungan keuangan, saat ini mungkin menjadi waktu yang tepat untuk melakukan putaran pendanaan Seri C atau D.

Pada tahap ‘membangun’, diperlukan pola pikir yang berbeda. Hanya memiliki sikap “melakukan apa yang diperlukan” mungkin kurang efektif dan dapat menyebabkan kekacauan. 

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan budaya pelatihan, manajemen produk, serta proses dan prosedur yang efisien. Inisiatif-inisiatif ini akan membantu startup Anda beroperasi dengan lancar dan berkembang seiring waktu.

3. Grow

Menurut Steve Blank, tahap terakhir dari perjalanan sebuah startup adalah tahap ‘grow‘. Pada titik ini, startup telah mencapai likuiditas, yang berarti telah melewati tahap Initial Public Offering (IPO), diakuisisi, atau bergabung dengan perusahaan lain. Selama fase ini, perusahaan terus berkembang, dan telah memperkuat proses dan prosedur yang konsisten berdasarkan Key Performance Indicators (KPI) dari tahap sebelumnya.

Baca juga: 19 Traction Channel untuk Mencapai Kesuksesan Bisnis

6 jenis startup

Ada berbagai jenis startup yang memiliki karakteristik unik. Semuanya memiliki awal yang sama, yaitu pengusaha, namun mereka dapat memiliki perbedaan signifikan dalam hal orang, pendanaan, dan strategi.

Penting sekali untuk memahami perbedaan-perbedaan ini, karena faktor-faktor tersebut dapat sangat memengaruhi peluang keberhasilan bisnis Anda. Berikut adalah enam jenis startup berbeda yang perlu Anda ketahui:

Berbasis lifestyle

Semua startup ini berfokus pada mengejar hasrat individu. Mereka merupakan usaha yang didirikan oleh orang-orang yang mencintai teknologi atau kreativitas, dan menikmati apa yang mereka lakukan tanpa memiliki tujuan utama untuk menjadi besar atau menghasilkan banyak uang. 

Di Silicon Valley, terdapat banyak pekerja lepas yang didorong oleh hasrat mereka terhadap teknologi, dan mereka mengambil pekerjaan pengkodean dan pengembangan antarmuka pengguna karena mereka sepenuhnya menyukainya.

Startup usaha kecil

Perusahaan ini biasanya berfokus pada perekrutan tenaga kerja lokal atau anggota keluarga, dengan tujuan memberikan layanan kepada komunitas mereka. Prioritas utama dari startup semacam ini bukanlah untuk mencapai pertumbuhan besar atau menghasilkan keuntungan maksimal, melainkan untuk mendukung mata pencaharian anggota komunitas dan merawat keluarga mereka. 

Contoh-contoh startup seperti ini meliputi usaha seperti jasa pembersihan, laundry, dan toko serba ada. Biasanya, mereka memulai usahanya dengan menggunakan tabungan pribadi atau mengajukan pinjaman dari kerabat dan bank.

Startup yang bisa diskalakan

Usaha ini didirikan oleh seorang pengusaha ambisius dengan latar belakang teknologi yang bercita-cita untuk menciptakan dampak besar dan membangun perusahaan dengan nilai yang besar. Untuk menemukan model bisnis yang dapat diimplementasikan, mereka mencari pendanaan, yang biasanya diperoleh melalui pemodal ventura. 

Startup jenis ini biasanya menarik para profesional terbaik dan tumbuh dengan pesat. Beberapa perusahaan sukses seperti Google, Skype, Facebook, dan Twitter telah menjadi contoh bagi jenis startup semacam ini.

Startup yang “dapat dibeli”

Usaha ini memiliki tujuan yang unik dibandingkan dengan yang lain. Tidak seperti kebanyakan perusahaan rintisan yang bercita-cita menjadi perusahaan besar, mereka mengincar kemungkinan diakuisisi oleh perusahaan raksasa. 

Saat ini, pengembangan aplikasi web/seluler menjadi lebih terjangkau dan efisien, memfasilitasi langkah awal bagi startup jenis ini. Dengan biaya yang lebih rendah, mereka dapat lebih mudah memulai proses pengembangan produk tanpa memerlukan investasi besar. Hal ini juga membuat para angel investor lebih tertarik untuk memberikan dukungan finansial pada tahap awal.

Startup perusahaan besar

Perusahaan besar saat ini memiliki kemampuan untuk beroperasi layaknya startup karena menyadari bahwa keberlangsungan mereka tidaklah selamanya. Dalam menghadapi perubahan, seperti perubahan preferensi pelanggan, perkembangan teknologi, perubahan undang-undang, dan persaingan yang semakin ketat, perusahaan-perusahaan ini harus mampu menghasilkan ide-ide segar.

Salah satu pendekatan yang digunakan adalah praktik lean startup, yang memungkinkan perusahaan menjadi lincah, kreatif, dan kompetitif. Beberapa di antara mereka bahkan membentuk tim khusus atau inkubator di dalam organisasi untuk menggarap ide-ide dan proyek-proyek inovatif di luar aktivitas bisnis utama mereka. Dengan cara ini, mereka tetap berada di garis depan dan terus tumbuh mengikuti perkembangan zaman.

Berbasis sosial

Usaha jenis ini biasanya dimulai oleh seorang penhusaha yang peduli terhadap perbaikan dunia. Tujuan dari startup ini adalah untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat dan lingkungan, bukan sekadar fokus pada keuntungan finansial semata. Pengusaha tersebut dapat mendirikan startup berbasis sosial sebagai organisasi nirlaba, usaha nirlaba, atau dalam bentuk kombinasi keduanya.

9 alasan mengapa banyak startup tak mampu bertahan

Faktanya, 90% dari startup mengalami kegagalan, bahkan 10% di antaranya tidak berhasil bertahan hingga tahun kedua. Namun, Anda dapat meningkatkan peluang kesuksesan mereka secara signifikan dengan menghindari sembilan kesalahan umum. Mari kita jelajahi kesembilan kesalahan tersebut:

1. Pendiri berasumsi mengenal pelanggan mereka

Menurut Steve Blank, salah satu alasan umum kegagalan startup adalah anggapan bahwa para pendiri sudah memahami pelanggan mereka. Padahal, pada tahap awal, startup belum memiliki pelanggan, sehingga anggapan semacam itu hanya sebatas tebakan.

Untuk meningkatkan peluang kesuksesan, sangat penting untuk mengubah asumsi tersebut menjadi bukti nyata secepat mungkin. Salah satu cara efektif untuk mencapainya adalah dengan aktif bertemu calon pelanggan dan memvalidasi asumsi yang dimiliki. Hanya mengandalkan asumsi tanpa validasi dapat berujung pada pengembangan produk atau layanan yang tidak benar-benar memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Kecocokan produk-pasar yang salah

Kesalahan kedua sering kali timbul akibat kesalahan pertama. Para pendiri mungkin percaya bahwa mereka telah sepenuhnya memahami pelanggan mereka, sehingga mengarahkan mereka untuk berasumsi bahwa mereka tahu persis apa yang dibutuhkan oleh pelanggan mereka.

Asumsi semacam ini membawa mereka untuk menciptakan produk secara mandiri menggunakan metode pengembangan tradisional tanpa melibatkan pelanggan secara langsung. Akibatnya, mereka mungkin tidak mengetahui apakah fitur-fitur produk memiliki daya tarik bagi pelanggan.

Produk atau layanan yang luar biasa saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan sebuah usaha baru. Perlu juga memastikan bahwa produk tersebut memenuhi tuntutan spesifik dari target market dan memenuhi kebutuhan yang sebenarnya dari para pelanggan. Tanpa pencocokan yang tepat ini, bisnis kemungkinan besar akan menghadapi kesulitan.

3. Terlalu fokus pada tanggal peluncuran

Dalam lingkungan startup, sering kali ditetapkan tanggal peluncuran produk, seperti untuk pameran dagang, yang dianggap harus diikuti dengan sangat ketat, meskipun produk belum sepenuhnya siap. Para investor juga mengharapkan hasil yang positif terkait dengan tanggal peluncuran ini.

Namun, peluncuran produk saja tidak menjamin pemahaman terhadap pelanggan atau penerapan strategi pemasaran yang efektif. Pendekatan semacam ini merupakan kesalahan besar, karena menganggap bahwa produk yang baik secara otomatis akan menarik pelanggan.

Banyak usaha seperti ini menyadari setelah meluncurkan produk bahwa mereka gagal menarik banyak pelanggan, produk mereka belum menyelesaikan masalah yang signifikan, dan biaya untuk mencapai pelanggan terlalu tinggi. Menghindari kesalahan ini sangat penting untuk kesuksesan startup. 

Sebelum meluncurkan produk, riset pasar yang komprehensif dan pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan serta strategi pemasaran yang efisien perlu dikembangkan. Dengan cara ini, startup dapat mengoptimalkan peluncuran produk mereka dan memastikan kesuksesan jangka panjang.

4. Menghindari trial and error

Startup berbeda secara fundamental dari perusahaan mapan. Mereka beroperasi dalam lingkungan yang tidak pasti dan harus menemukan model bisnis yang berfungsi dan dapat tumbuh. Pada tahap awal, banyak asumsi dan prediksi yang harus dibuat, tetapi sebagian besar dari mereka mungkin tidak tepat.

Maka dari itu, fokus yang terlalu kuat pada pelaksanaan saja tidaklah menjadi faktor yang paling krusial. Kunci kesuksesan bagi startup adalah merangkul budaya eksperimen. Dalam prosesnya, kesalahan dan kegagalan tidak dihindari, melainkan dijadikan kesempatan untuk belajar dan menyempurnakan strategi.

Jika Anda enggan mencoba hal-hal baru, maka startup Anda akan terjebak dalam stagnasi dan tidak dapat berkembang. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk selalu terbuka untuk bereksperimen dan memanfaatkan setiap hasil sebagai pelajaran berharga untuk mencapai kesuksesan.

5. Tidak mencari model bisnis yang berulang

Rencana bisnis tradisional dan model pengembangan produk memiliki banyak kelebihan. Mereka memberikan panduan yang jelas bagi dewan dan pendiri, namun mungkin tidak sesuai untuk startup.

Metrik seperti laporan laba rugi dan neraca tidaklah cukup membantu bagi perusahaan muda, karena tidak secara khusus melacak kemajuan dalam mencapai tujuan yang paling penting: menemukan model bisnis yang dapat diulang dan diskalakan.

Sebagai perusahaan muda, tujuan utama Anda adalah mencapai kesinambungan dan kemampuan untuk berkembang secara masif (diskalakan), tetapi saat ini Anda mungkin belum mencapai tahap tersebut. Rencana bisnis dapat memberikan fondasi yang kokoh untuk mencapai tujuan-tujuan ini. 

Meskipun demikian, fleksibilitas juga merupakan kunci penting, sehingga rencana tersebut dapat disesuaikan seiring perkembangan dan pertumbuhan startup Anda. Tetap terbuka untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sepanjang perjalanan.

6. Tidak menyesuaikan peran kerja dengan kebutuhan startup

Dalam startup, penting untuk menghindari penggunaan jabatan-jabatan umum dari perusahaan besar karena judul-judul tradisional tidak dapat mencerminkan peran yang beragam dan selalu berubah di lingkungan startup. Misalnya, seorang CEO dalam startup harus siap melaksanakan berbagai tugas di luar peran CEO biasa.

Menggunakan judul-judul pekerjaan yang umum dapat menyebabkan kesalahan dalam perekrutan, karena calon karyawan mungkin tidak sepenuhnya memahami tanggung jawab yang diharapkan dari mereka dalam lingkungan startup yang unik. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyesuaikan judul-judul pekerjaan agar sesuai dengan kebutuhan dan tantangan khusus yang dihadapi oleh startup tersebut.

7. Tidak mempekerjakan orang yang tepat

Agar berhasil, perusahaan away membutuhkan tenaga profesional di bidang penjualan dan pemasaran yang memiliki keterampilan terampil dalam menjangkau audiens target secara efektif, sehingga menghasilkan peningkatan daya tarik dan pendapatan yang signifikan.

Penting untuk tidak hanya merekrut berdasarkan jabatan atau gelar semata. Lebih penting lagi untuk mempertimbangkan keterampilan dan kesesuaian calon dengan tantangan spesifik yang dihadapi oleh startup. Beberapa eksekutif mungkin memiliki pengalaman yang luas, namun hal tersebut tidak selalu cocok dengan kebutuhan dan dinamika startup.

Pengukuran kemajuan bisnis tidak boleh hanya berfokus pada peluncuran produk atau rencana pendapatan. Lebih dari itu, sangatlah penting untuk secara aktif mengumpulkan umpan balik dari pelanggan yang jujur ​​dan memvalidasi asumsi yang mendasari strategi bisnis. Dengan cara ini, keputusan yang diambil akan lebih tepat dan berpijak pada informasi yang akurat.

Baca juga: B2B vs. B2C di Industri Teknologi: Apa 5 Perbedaanya?

8. Scaling yang prematur berdasarkan premis kesuksesan

Ketika Anda memulai sebuah bisnis, penting untuk mengingat bahwa perjalanan tersebut tidak selalu berjalan mulus. Meskipun ide Anda disukai oleh beberapa orang, bukan berarti semua orang akan ikut serta.

Untuk mengukur kesuksesan Anda dengan akurat, Anda memerlukan umpan balik dari banyak pelanggan. Dengan demikian, Anda dapat membuat keputusan yang lebih tepat untuk perusahaan Anda. Penting untuk meluangkan waktu dalam proses perekrutan dan pengeluaran uang. Fokuslah pada membangun proses penjualan dan pemasaran yang stabil dan berulang agar dapat ditingkatkan secara konsisten.

Prioritaskan mencapai kesuksesan dan stabilitas sebelum bergegas untuk pertumbuhan yang cepat. Pertumbuhan yang terlalu cepat tanpa dasar yang kuat dan model bisnis yang terbukti dapat menyebabkan inefisiensi dan tekanan finansial, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan bagi usaha Anda.

9. Pengambilan keputusan reaktif

Saat sebuah startup mengalami kesulitan, mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkan semuanya bisa mengakibatkan perbaikan yang hanya sementara dan tidak menyelesaikan masalah pokok. Misalnya, ketika produk yang diluncurkan tidak laku seperti yang diharapkan, perusahaan mungkin langsung memecat orang yang bertanggung jawab atas penjualan untuk mencoba memperbaiki situasinya.

Namun, usaha baru yang sukses menganggap umpan balik ini sebagai peluang untuk beradaptasi atau mengubah cara mereka berbisnis berdasarkan pelajaran yang didapat. Ini bukanlah krisis; melainkan bagian normal dari perjalanan menuju kesuksesan.

Kesimpulan

Startup merupakan organisasi yang bersifat sementara yang mencari rencana bisnis yang dapat diimplementasikan untuk mengembangkan diri. Pada awalnya, para pendiri startup melakukan eksplorasi dan penyesuaian untuk menentukan model bisnis yang efektif. Ketika mereka berhasil menemukan rencana yang tepat, mereka dapat mengembangkan bisnis mereka dan mencapai lebih banyak orang.

Chapter selanjutnya akan membahas customer development process, yang merupakan bagian penting dari perjalanan startup. Proses ini meliputi empat langkah utama: Customer Discovery, Customer Validation, Customer Creation, dan Company Building.

Referensi

Blank, Steve, and Bob Dorf. The Startup Owner’s Manual: The Step-By-Step Guide for Building a Great Company. 2020.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog
WhatsApp Us