Loyalty Program: Manfaatnya Bagi Bisnis, Jenis & Contohnya
Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, mempertahankan pelanggan lama sering kali lebih penting dan…
Sean Thobias
September 3, 2025Cycle time adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus proses dari awal hingga akhir. Dalam manufaktur, ini berarti durasi untuk memproduksi satu unit barang, sementara dalam layanan, merujuk pada waktu penyelesaian satu tugas atau proyek.
Metrik produksi ini digunakan untuk mengukur efisiensi proses dan membantu perusahaan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Cycle time yang pendek menunjukkan proses yang efisien, sedangkan cycle time yang panjang sering kali menjadi tanda adanya bottleneck dan keterlambatan.
Metode perhitungan cycle time dapat disesuaikan dengan kompleksitas dan tujuan proses produksi Anda. Berikut dua metode umum yang sering digunakan:
Metode ini adalah cara paling sederhana dan cocok untuk proses produksi yang stabil. Hitungannya cukup mudah: total waktu produksi dibagi jumlah unit yang dihasilkan.
Kapan digunakan:
Kelebihan:
Metode ini menghitung waktu tercepat dan terlama untuk menyelesaikan satu unit produk. Cocok untuk situasi dengan banyak variasi atau jenis pekerjaan khusus.
Kapan digunakan:
Kelebihan:

1. Net Production Time
Net production time adalah waktu bersih yang benar-benar digunakan untuk produksi barang. Waktu ini dihitung setelah mengurangi downtime, seperti:
Contohnya, dalam satu hari kerja 8 jam (480 menit), ada 30 menit downtime karena kerusakan mesin. Maka, net production time dihitung seperti ini:
Net Production Time = 480 menit – 30 menit = 450 menit.
2. Number of Units Produced
Number of Units Produced adalah jumlah total barang yang selesai diproduksi dalam waktu produksi bersih. Angka ini menunjukkan seberapa efektif proses produksi berjalan.
Contoh: Jika dalam 450 menit waktu produksi bersih sebuah pabrik menghasilkan 90 unit barang, maka:
Number of Units Produced = 90 unit.
Sebuah pabrik menghasilkan 150 unit produk dalam waktu 600 menit. Namun, selama proses produksi, terdapat waktu henti (downtime) selama 60 menit karena perawatan mesin.
Langkah-langkah untuk menghitung cycle time:
1. Hitung Waktu Produksi Bersih (Net Production Time):
Net Production Time = 600 menit − 60 menit = 540 menit.
2. Jumlah Unit yang Dihasilkan:
Jumlah unit yang selesai diproduksi adalah 150 unit.
3. Gunakan Rumus Cycle Time:
Cycle Time = Net Production Time / Number of Units Produced
Cycle Time = 540 menit / 150 unit = 3,6 menit/unit.
Dari contoh ini, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh pabrik tersebut untuk memproduksi satu unit barang adalah 3,6 menit.
Berikut adalah sejumlah contoh waktu siklus yang ideal di berbagai industri:

Memahami waktu siklus yang efektif sangat penting, namun apa yang dianggap efektif bisa berbeda antara industri atau perusahaan karena tujuan operasional dan kompleksitas produk yang berbeda. Oleh karena itu, selalu perhatikan hal-hal berikut:
Bottleneck terjadi saat satu tahap dalam alur kerja menghambat kecepatan, menyebabkan penundaan dan menambah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Bottleneck bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kapasitas mesin yang terbatas, kekurangan bahan baku, atau tenaga kerja yang kurang terampil. Setelah ditemukan, perusahaan perlu menganalisis penyebabnya dan mengambil langkah konkret, seperti menambah kapasitas atau mengoptimalkan alur kerja di sekitar bottleneck.
Lean manufacturing fokus menghilangkan pemborosan dan meningkatkan value stream dalam produksi. Dengan mengurangi pemborosan seperti waktu tunggu, gerakan yang tidak perlu, atau persediaan berlebih, cycle time bisa berkurang secara signifikan.
Salah satu konsep penting dalam lean manufacturing adalah 5S (Sort, Set in order, Shine, Standardize, Sustain), yang menciptakan tempat kerja yang lebih rapi dan efisien. Penerapan 5S ini bisa meningkatkan kecepatan proses, mengurangi downtime, dan meningkatkan kualitas, yang pada akhirnya menurunkan cycle time.
Pelatihan berkelanjutan dan pengembangan keterampilan sangat penting agar tim bisa mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang menghambat kinerja. Meningkatkan keterampilan teknis, manajerial, dan pemahaman proses produksi atau layanan membuat tim lebih mampu bekerja dengan baik. Komunikasi yang lancar antar anggota juga membantu mengurangi kesalahan atau waktu tunggu yang memperpanjang cycle time.
Automasi adalah cara yang efektif untuk mengurangi cycle time, terutama di industri manufaktur dan jasa. Dengan menggantikan proses manual dengan sistem otomatis, perusahaan bisa mempercepat produksi, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan konsistensi.
Manajemen rantai pasokan yang efisien sangat penting untuk mengurangi cycle time, terutama di sektor manufaktur dan distribusi. Keterlambatan pengadaan bahan, pengiriman yang terlambat, atau pengelolaan inventaris yang buruk bisa memperpanjang cycle time.
Dengan meningkatkan manajemen rantai pasokan, seperti mempererat kerja sama dengan pemasok, mengoptimalkan persediaan, dan memanfaatkan teknologi untuk memantau aliran barang secara real-time, perusahaan bisa mempercepat proses produksi. Hal ini membantu mengurangi cycle time dengan memastikan semua komponen tersedia tepat waktu dan proses produksi berjalan lancar.
Menghitung cycle time secara manual sering kali memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan. Dengan software yang mendukung manufaktur, inventory, dan supply chain, Anda bisa mendapatkan data yang akurat dan real-time.
Namun, jika Anda mencari solusi yang lebih komprehensif, software ERP dapat menjadi pilihan terbaik. ERP mampu mengotomatiskan proses produksi dan meningkatkan efisiensi operasional secara menyeluruh. Cycle time yang optimal bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga kunci untuk tetap kompetitif di pasar yang terus berkembang. Anda.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
75% proyek transformasi digital gagal. Ambil langkah pertama yang tepat dengan memilih partner yang dapat dipercaya untuk jangka panjang.
Biaya produksi adalah salah satu faktor paling penting dalam kegiatan bisnis, khususnya di perusahaan manufaktur maupun jasa. Istilah ini merujuk pada seluruh pengeluaran yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk atau layanan siap jual. Memahami biaya produksi sangat penting karena menjadi dasar dalam menghitung harga pokok produksi (HPP), menentukan harga jual yang kompetitif, serta mengevaluasi efisiensi dan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
Simak artikel ini untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang biaya produksi mulai dari pengertian, tujuan dan fungsinya, unsur-unsurnya, jenis, faktor yang mempengaruhi, cara menghitung dan contohnya, hingga cara menguranginya.
Biaya produksi adalah total pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk atau jasa yang siap dijual. Komponen utamanya terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan memahami biaya produksi atau production cost, perusahaan dapat menghitung harga pokok produksi (HPP), menentukan harga jual yang tepat, serta mengevaluasi efisiensi dan profitabilitas bisnis.
Secara umum, biaya produksi terdiri dari tiga unsur utama, yaitu:
Production cost dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menentukan efisiensi dan besarnya pengeluaran perusahaan:
Memahami cara menghitung dan mengelola production cost sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan membuat keputusan yang tepat dalam bisnis.
Ada dua metode utama yang digunakan untuk menghitung production cost: metode penyerapan (absorption costing) dan metode variabel (variable costing).
Dalam metode ini, semua biaya produksi, baik variabel (bahan baku, tenaga kerja langsung) maupun tetap (overhead produksi), dimasukkan ke dalam biaya produk. Artinya, setiap unit produk akan menanggung sebagian dari biaya tetap yang dibagi rata di antara semua unit yang diproduksi dalam periode tertentu.
Metode ini penting untuk laporan keuangan eksternal, seperti neraca dan laporan laba rugi, karena mengikuti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Selain itu, metode ini membantu dalam penentuan harga jual dan evaluasi profitabilitas jangka panjang.
Metode ini hanya menghitung biaya variabel dalam biaya produk, sementara biaya tetap dianggap sebagai biaya periode dan tidak dimasukkan dalam persediaan. Artinya, production cost per unit hanya mencakup bahan baku dan tenaga kerja langsung, tanpa biaya overhead tetap.
Metode variabel cocok untuk keputusan manajerial, terutama jangka pendek. Ini membantu analisis margin kontribusi untuk melihat dampak volume produksi terhadap profitabilitas, serta untuk menilai efisiensi dan membuat keputusan produksi berdasarkan kontribusi margin per unit.

Misalkan sebuah perusahaan membuat dalam usaha manufaktur smartwatch:
Untuk menghitung total biaya produksi per unit telepon genggam:
Total Biaya Produksi = $60 (Bahan Baku) + $25 (Tenaga Kerja) + $20 (Overhead) = $105
Jadi, production cost untuk satu unit produk perusahaan tersebut adalah $105. Informasi ini dapat membantu perusahaan menentukan harga jual, mengevaluasi keuntungan, atau mencari cara mengurangi biaya agar lebih efisien.
Baca juga: Panduan Laporan Biaya Produksi Perusahaan Manufaktur
Menurut Deloitte, target pengurangan production cost yang baik biasanya berkisar antara 10-30%, tergantung pada industri yang bersangkutan. Namun, penghematan yang lebih besar dapat tercapai jika ada komitmen kuat dari pimpinan dan perubahan yang lebih signifikan dilakukan.
Angka ini bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi pasar, teknologi yang dipakai, struktur biaya, dan karakteristik industri masing-masing.
Negosiasi yang cerdas dan supplier relationship management yabg baik bisa memangkas production cost secara signifikan. Strategi ini juga membantu membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan efisien.
Produsen dapat membuat kontrak jangka panjang untuk menjamin volume tertentu dan mendapatkan harga lebih rendah. Selain itu, bekerja sama dengan pemasok regional atau memberikan eksklusivitas dengan imbalan potongan harga bisa menjadi langkah strategis untuk menekan biaya.
Lean manufacturing efektif menurunkan biaya produksi dengan cara membatasi overproduction dan mengurangi waktu yang tidak produktif. Pendekatan ini juga menghemat biaya bahan baku dengan mengurangi kesalahan pembelian dan cacat produk.
Selain membantu mengurangi biaya, metode ini juga terbukti meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan. Tingkat cacat berkurang, dan proses produksi menjadi lebih efisien.
Standarisasi komponen adalah cara efektif untuk menekan production cost. Dengan mengurangi variasi komponen, proses pengadaan menjadi lebih simpel dan manajemen stok lebih terkontrol.
Produksi yang menggunakan lebih sedikit jenis komponen cenderung lebih efisien dan minim cacat. Selain itu, perawatan dan perbaikan jadi lebih cepat dan hemat karena komponen lebih mudah ditemukan.
Biaya overhead manufaktur mencakup pengeluaran tidak langsung seperti utilitas, perawatan fasilitas, depresiasi, dan administrasi. Memangkas overhead, baik lewat langkah besar seperti lean manufacturing atau langkah kecil seperti perawatan mesin, dapat secara signifikan meningkatkan margin keuntungan.
Salah satu cara efektif untuk menekan overhead adalah dengan mengotomasi tugas manual di back-office menggunakan teknologi. Langkah ini tidak hanya mengurangi pekerjaan repetitif tetapi juga meningkatkan efisiensi dan akurasi analisis data.
Menyederhanakan proses produksi dapat menurunkan production cost, seperti yang dijelaskan dalam studi McKinsey, yang menyebutkan bahwa otomatisasi dapat mengurangi biaya operasional hingga 30%.
Hal ini bisa dicapai dengan menerapkan alur kerja yang standar dan desain tata letak fasilitas yang efisien, sehingga mengurangi hambatan dan memperlancar aliran material. Begitu juga, investasi pada otomatisasi dan robotik dapat mempercepat produksi dan memaksimalkan penggunaan sumber daya tenaga kerja.
Menghitung production cost secara manual sering tidak efisien, rawan kesalahan, dan memakan waktu. Software MRP manufaktur dan Supply Chain Management (SCM) software bisa membantu Anda untuk mendapatkan metrik ini secara akurat dan real-time.
Namun, jika Anda mencari solusi yang lebih lengkap, ERP software dapat mengotomatiskan dan mengintegrasikan seluruh sistem bisnis Anda. Walau terlihat rumit, memperbaiki pengelolaan biaya produksi berdampak besar. Langkah ini bisa mengurangi pemborosan, meningkatkan akurasi data, dan memperkuat daya saing perusahaan Anda.
Contoh biaya produksi adalah bahan baku, gaji tenaga kerja langsung, biaya listrik dan air pabrik, sewa gedung, serta perawatan mesin.
Biaya produksi mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang mendukung proses produksi.
Empat biaya produksi utama adalah biaya tetap, biaya variabel, biaya langsung, dan biaya tidak langsung.
Rumus biaya produksi adalah: Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik.
Biaya produksi penting karena menjadi dasar penentuan harga jual, perhitungan harga pokok penjualan (HPP), serta evaluasi efisiensi perusahaan.
Biaya produksi bisa ditekan dengan bekerja sama dengan supplier, menerapkan lean manufacturing, standarisasi bahan, mengurangi biaya overhead, dan menggunakan otomatisasi.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
75% proyek transformasi digital gagal. Ambil langkah pertama yang tepat dengan memilih partner yang dapat dipercaya untuk jangka panjang.
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses bisnis, dari awal hingga selesai. Metrik ini penting bagi pemasok dan produsen untuk memahami waktu yang diperlukan dalam pengadaan, produksi, dan pengiriman barang.
Lead time yang lama menunjukkan adanya masalah dalam proses produksi, yang bisa menyebabkan keterlambatan pengiriman dan menurunkan kepuasan pelanggan. Sebaliknya, lead time yang singkat mencerminkan proses yang efisien dan mengurangi biaya penyimpanan.
Baca juga: 8 Faktor Kesuksesan Manajemen Inventory & 12 Metrik yang Perlu Diukur
Ada berbagai cara untuk menghitung lead time, tergantung pada jenis industri atau skenario tertentu. Setiap jenis memiliki relevansi berbeda berdasarkan proses yang sedang dianalisis:

Misalnya, sebuah toko retail memesan stok dari supplier untuk mengisi kembali barang di rak. Berikut prosesnya:
Perhitungan Lead Time:
Waktu Pemrosesan (2 hari) + Waktu Pengiriman (5 hari) = 7 hari.
Jadi, total waktu yang diperlukan adalah 7 hari, dari pemesanan hingga produk tiba di toko dan siap dijual ke pelanggan.
Mempercepat lead time adalah salah satu cara utama untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan. Setiap industri memiliki standar lead time yang ideal, tergantung pada kebutuhan dan sifat operasionalnya.
Memilih supplier lokal mengurangi waktu pengiriman karena jarak yang lebih dekat dan hambatan logistik yang lebih sedikit. Dengan pemasok yang lebih dekat, barang bisa sampai lebih cepat, mempercepat keseluruhan lead time.
Mengadopsi prinsip lean manufacturing untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak memberi nilai tambah, seperti birokrasi berlebihan atau pemeriksaan yang tidak perlu. Hal ini membantu mempercepat alur kerja dan mempersingkat lead time.
Pemilihan metode pengiriman yang lebih fleksibel dapat meningkatkan frekuensi pengiriman dan mempercepat proses distribusi. Pengiriman yang lebih sering, meskipun lebih mahal, dapat memberikan manfaat besar dalam jangka panjang.
Memproduksi barang secara in-house memungkinkan perusahaan mengontrol proses produksi dengan lebih baik. Dengan begitu, perusahaan bisa memantau dan mempercepat setiap tahap produksi sesuai kebutuhan.
Menggunakan sistem otomatis untuk inventaris mengurangi waktu untuk memesan dan mengatur stok barang. Ini mengurangi kesalahan manusia, mengoptimalkan stok, dan memastikan produk tersedia tepat waktu.
Menghitung lead time secara manual sering memakan waktu dan rentan kesalahan. Sebagai solusinya, software dengan fitur supply chain management dapat memberikan data real-time yang akurat, mempercepat keputusan, dan meningkatkan efisiensi.
Jika Anda memerlukan sistem yang lebih komprehensif, ERP software bisa jadi jawabannya. Dengan mengoptimalkan lead time, Anda tidak hanya menekan biaya, tetapi juga meningkatkan pengalaman pelanggan dan memperkuat posisi bisnis Anda di pasar.nda.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
75% proyek transformasi digital gagal. Ambil langkah pertama yang tepat dengan memilih partner yang dapat dipercaya untuk jangka panjang.
Days Sales in Inventory (DSI) adalah sebuah metrik yang mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah persediaannya menjadi penjualan. Barang yang sedang dalam proses produksi (work in progress/WIP) juga dihitung dalam perhitungan metrik ini.
Fungsi utama DSI adalah untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan. Nilai yang rendah menunjukkan perusahaan efektif dalam mengelola stok dan penjualan, sedangkan nilai yang tinggi bisa menandakan penjualan yang kurang baik dan kemungkinan stok berlebih.
Ada dua metode utama untuk menghitung Days Sales in Inventory:

Average inventory dihitung dari (Beginning inventory + Ending inventory) / 2, sementara COGS adalah total biaya barang yang terjual dalam periode tertentu.

Gross Margin Percentage dihitung dengan rumus: (Sales Revenue – COGS) / Sales Revenue.
Kedua metode ini membantu menghitung rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengubah inventaris menjadi penjualan. Pemilihan metode tergantung pada data dan fokus analisis:
Diketahui sebuah perusahaan memiliki:
1. Kalkulasi Average Inventory
Average Inventory = Beginning Inventory + Ending / 2
Average Inventory = (50.000 + 60.000) / 2 = 55.000
2. Kalkulasi DSI
DSI = (Average Inventory / COGS) x 365
DSI = (55.000 / 1.000.000) x 365 = 20 hari
Dengan menggunakan metode COGS, dibutuhkan sekitar 20 hari untuk mengubah persediaan menjadi penjualan.
Diketahui sebuah perusahaan memiliki:
1. Kalkulasi Average Inventory
Average Inventory = Beginning Inventory + Ending / 2
Average Inventory = (50.000 + 60.000) / 2 = 55.000
2. Kalkulasi Gross Margin Percentage
Gross Margin% = Sales Revenue – COGS / Sales Revenue
Gross Margin% = 2.000.000 – 1.000.000 / 1.000.000 = 50%
3. Kalkulasi DSI
DSI = (Average Inventory / Sales Revenue) x 365 x Gross Margin%
DSI – (55.000 / 2.000.000) x 365 x 0.5 = 10 hari
Dengan menggunakan metode Sales Revenue, dibutuhkan sekitar 10 hari untuk mengubah persediaan menjadi penjualan, dengan memperhitungkan margin kotor.
Setiap industri punya standar DSI yang berbeda karena sifat produk, siklus penjualan, dan kebutuhan pasar. Berikut perbandingan DSI rendah dan tinggi di berbagai industri:
1. Industri Makanan dan Minuman
2. Industri Reteil dan Fashion
3. Industri Teknologi dan Elektronik
4. Industri Manufaktur dan Otomotif
Menghitung DSI secara manual sering kali tidak efisien, rentan kesalahan, dan memakan waktu. Dengan menggunakan software yang memiliki kapabilitas inventory management, Anda bisa mendapatkan data DSI yang akurat secara real-time, sekaligus meningkatkan produktivitas.
Jika butuh solusi yang lebih lengkap, software ERP bisa menjadi pilihan untuk mengotomatisasi pengelolaan inventaris dan pengumpulan data. Memperbaiki DSI penting untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menekan biaya penyimpanan. Prosesnya mungkin menantang, tapi hasilnya sepadan — keputusan lebih tepat dan profit bisnis meningkat.
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
75% proyek transformasi digital gagal. Ambil langkah pertama yang tepat dengan memilih partner yang dapat dipercaya untuk jangka panjang.
Inventory turnover adalah indikator penting yang menunjukkan seberapa cepat sebuah perusahaan menjual dan mengganti stok dalam periode tertentu, seperti satu tahun. Rasio ini membantu perusahaan memahami seberapa efisien mereka mengelola persediaan sekaligus memenuhi kebutuhan pelanggan tanpa membebani biaya penyimpanan.
Inventory turnover yang tinggi menunjukkan stok bergerak cepat, manajemen persediaan berjalan baik, dan permintaan pelanggan terpenuhi. Sebaliknya, turnover rendah bisa jadi tanda masalah seperti stok menumpuk, barang sulit terjual, atau strategi pembelian yang kurang tepat.
Inventory turnover dihitung dengan membagi Cost of Goods Sold (COGS) dengan rata-rata nilai inventaris selama periode tertentu. Namun, dalam beberapa kasus, perhitungan ini bisa disesuaikan dengan menggunakan net sales, tergantung konteks perusahaan.
COGS adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli barang yang dijual dalam periode tertentu. Biaya ini mencakup bahan baku, tenaga kerja langsung, dan semua biaya lain yang langsung terkait dengan produksi barang atau jasa yang dijual.

Average inventory membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang nilai inventaris selama periode tertentu. Caranya, jumlahkan nilai inventaris di awal dan akhir periode, lalu bagi dua.

Setelah mendapatkan keduanya, inventory turnover dapat dikalkulasi.


Misalkan sebuah perusahaan memiliki informasi berikut:
Sebelumnya, kami menyebutkan bahwa semakin tinggi rasio inventory turnover, biasanya semakin baik karena menunjukkan penjualan yang kuat. Sebaliknya, rasio yang rendah sering kali menandakan penjualan yang lemah atau menurunnya permintaan pasar terhadap barang tersebut.
Namun, ada pengecualian untuk aturan ini. Contohnya, barang-barang mewah cenderung memiliki turnover yang rendah
Selain itu, angka inventory turnover yang ideal bervariasi di setiap industri. Perhatikan grafik ini untuk memahami perbedaannya:

Berikut adalah langkah-langkah sederhana untuk meningkatkan inventory turnover yang rendah agar bisnis Anda lebih efisien dan kompetitif:
Supplier dengan harga termurah belum tentu pilihan terbaik. Jika produk tersebut sangat penting untuk penjualan atau sedang banyak diminati pasar, waktu pengiriman yang cepat dan terjamin bisa jadi lebih utama. Mengoptimalkan rantai pasok untuk menghilangkan hambatan akan meningkatkan penjualan, keuntungan, dan margin secara keseluruhan.
Sesuaikan harga untuk memaksimalkan margin pada barang yang sedang banyak diminati. Untuk barang yang lama tidak laku, pertimbangkan menjualnya melalui saluran sekunder atau menyumbangkannya ke lembaga amal agar bisa mendapat potongan pajak.
Inventory turnover Anda perlu sebanding dengan standar di industri. Dengan memanfaatkan tren yang terlihat pada rasio persediaan, Anda bisa mengoptimalkan posisi strategis pada produk unggulan, memperbesar pangsa pasar, dan meningkatkan posisi di industri.
Laporan penjualan dan inventaris memberikan data yang diperlukan untuk membuat prediksi stok lebih tepat. Data ini juga bisa digunakan untuk merencanakan penjualan di masa depan, seperti memberi ide untuk mengubah variasi produk atau menggabungkan barang dengan cara kreatif untuk mengurangi stok yang bergerak lambat dan mendapatkan margin lebih tinggi.
Automatisasi dapat meningkatkan efisiensi dan menekan biaya. Namun, dengan menambahkan sistem manajemen pesanan yang mempermudah pemesanan ulang barang yang banyak terjual, Anda akan meraih keuntungan lebih besar. Pertimbangkan untuk menggunakan sistem inventaris yang secara otomatis membuat pesanan pembelian untuk disetujui pembeli, sehingga kontrol lebih terjaga dan kesalahan lebih sedikit.
Menghitung inventory turnover secara manual seringkali memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan. Dengan software yang memiliki kapabilitas inventory management yang andal, Anda bisa mendapatkan data yang akurat dan real-time untuk pengelolaan stok yang lebih efisien.
Namun, jika Anda membutuhkan solusi yang lebih menyeluruh, kami menyarankan untuk berinvestasi dalam sistem ERP yang dapat mengotomatiskan proses lain sekaligus meningkatkan efisiensi bisnis Anda. Mengoptimalkan inventory turnover memang penuh tantangan, tapi hasilnya sepadan: efisiensi operasional meningkat, biaya penyimpanan turun, dan stok selalu sesuai kebutuhan pasar.
Baca juga: Perbedaan Metode FIFO, LIFO, FEFO dan Average Cost (AVCO)
Tim Insights Impact
Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.
75% proyek transformasi digital gagal. Ambil langkah pertama yang tepat dengan memilih partner yang dapat dipercaya untuk jangka panjang.