Apa itu cycle time?

Cycle time adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus proses dari awal hingga akhir. Dalam manufaktur, ini berarti durasi untuk memproduksi satu unit barang, sementara dalam layanan, merujuk pada waktu penyelesaian satu tugas atau proyek.

Metrik produksi ini digunakan untuk mengukur efisiensi proses dan membantu perusahaan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Cycle time yang pendek menunjukkan proses yang efisien, sedangkan cycle time yang panjang sering kali menjadi tanda adanya bottleneck dan keterlambatan.

Manfaat dari cycle time

  • Meningkatkan Profitabilitas: Dengan waktu siklus yang lebih singkat, perusahaan bisa memproduksi lebih banyak dalam waktu yang sama. Ini dapat menekan biaya operasional per unit, sehingga meningkatkan margin keuntungan.
  • Proses Produksi yang Lebih Konsisten: Jangka waktu yang stabil menciptakan ritme produksi yang lebih terprediksi. Hal ini mempermudah perencanaan sumber daya seperti tenaga kerja dan bahan baku.
  • Meningkatkan Kepuasan Pelanggan: Produksi atau layanan lebih cepat memungkinkan pesanan pelanggan dipenuhi lebih cepat. Pengiriman tepat waktu dan kualitas produk yang konsisten akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Bahkan, statistik menunjukan bahwa 90% pelanggan menganggap layanan yang instan sebagai hal yang penting.
  • Meningkatkan Cakupan Proyek: Waktu siklus yang rendah memungkinkan penyelesaian lebih banyak proyek dalam waktu yang sama. Ini membuka peluang ekspansi bisnis dan peningkatan pangsa pasar.

Faktor-faktor yang memengaruhi cycle time

  • Kompleksitas Proses Produksi: Proses produksi yang rumit dan melibatkan banyak tahapan cenderung memperpanjang cycle time. Setiap langkah tambahan, baik manual atau menggunakan mesin, akan menambah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk.
  • Ketersediaan dan Kualitas Bahan Baku: Ketidaktersediaan bahan baku yang tepat waktu dapat menyebabkan penundaan, yang memperpanjang waktu siklus. Bahan baku berkualitas tinggi memudahkan proses, mengurangi kebutuhan untuk rework, dan menjaga cycle time tetap rendah.
  • Efisiensi Mesin dan Peralatan: Mesin yang berfungsi baik dan peralatan yang terawat dengan baik mengurangi downtime dan waktu tunggu, sehingga mempercepat cycle time.
  • Keterampilan dan Pengalaman Pekerja: Pekerja yang terlatih dan berpengalaman dapat menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan akurat, yang berdampak positif pada cycle time.

Cara kerja cycle time

Metode perhitungan cycle time dapat disesuaikan dengan kompleksitas dan tujuan proses produksi Anda. Berikut dua metode umum yang sering digunakan:

Average cycle time

Metode ini adalah cara paling sederhana dan cocok untuk proses produksi yang stabil. Hitungannya cukup mudah: total waktu produksi dibagi jumlah unit yang dihasilkan.

Kapan digunakan:

  • Proses produksi yang bersifat seragam dan minim gangguan.
  • Produksi massal dengan pola kerja yang konsisten.

Kelebihan:

  • Mudah dihitung dan dipahami.
  • Memberikan gambaran umum performa proses.

Minimum and maximum cycle time

Metode ini menghitung waktu tercepat dan terlama untuk menyelesaikan satu unit produk. Cocok untuk situasi dengan banyak variasi atau jenis pekerjaan khusus.

Kapan digunakan:

  • Produksi dengan tingkat variasi tinggi atau produk yang kompleks.
  • Untuk mendeteksi bottleneck atau masalah teknis.

Kelebihan:

  • Memberikan wawasan yang lebih mendalam.
  • Membantu menemukan penyebab keterlambatan aliran produksi.

Rumus cycle time

Formula untuk cycle time

1. Net Production Time

Net production time adalah waktu bersih yang benar-benar digunakan untuk produksi barang. Waktu ini dihitung setelah mengurangi downtime, seperti:

  • Perawatan atau perbaikan mesin.
  • Menunggu bahan baku yang terlambat.
  • Masalah teknis lain seperti bottleneck.

Contohnya, dalam satu hari kerja 8 jam (480 menit), ada 30 menit downtime karena kerusakan mesin. Maka, net production time dihitung seperti ini:

Net Production Time = 480 menit – 30 menit = 450 menit.

2. Number of Units Produced

Number of Units Produced adalah jumlah total barang yang selesai diproduksi dalam waktu produksi bersih. Angka ini menunjukkan seberapa efektif proses produksi berjalan.

Contoh: Jika dalam 450 menit waktu produksi bersih sebuah pabrik menghasilkan 90 unit barang, maka:

Number of Units Produced = 90 unit.

Contoh perhitungan cycle time

Sebuah pabrik menghasilkan 150 unit produk dalam waktu 600 menit. Namun, selama proses produksi, terdapat waktu henti (downtime) selama 60 menit karena perawatan mesin.

Langkah-langkah untuk menghitung cycle time:

1. Hitung Waktu Produksi Bersih (Net Production Time):

Net Production Time = 600 menit − 60 menit = 540 menit.

2. Jumlah Unit yang Dihasilkan:
Jumlah unit yang selesai diproduksi adalah 150 unit.

3. Gunakan Rumus Cycle Time:

Cycle Time = Net Production Time / Number of Units Produced

Cycle Time = 540 menit / 150 unit = 3,6 menit/unit. 

Dari contoh ini, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh pabrik tersebut untuk memproduksi satu unit barang adalah 3,6 menit.

Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi cycle time?

Berikut adalah sejumlah contoh waktu siklus yang ideal di berbagai industri:

Tabel yang menunjukkan cycle time ideal di berbagai industri

Memahami waktu siklus yang efektif sangat penting, namun apa yang dianggap efektif bisa berbeda antara industri atau perusahaan karena tujuan operasional dan kompleksitas produk yang berbeda. Oleh karena itu, selalu perhatikan hal-hal berikut:

  • Benchmarking: Waktu siklus yang efektif perlu dibandingkan dengan standar industri dan pesaing agar tetap kompetitif.
  • Adaptasi: Waktu siklus harus disesuaikan dengan data terkini, harapan pelanggan, dan kompleksitas produk atau layanan.
  • Continuous Improvement: Di setiap industri, selalu ada peluang untuk mengurangi waktu siklus melalui optimalisasi proses, teknologi, atau manajemen alur kerja yang lebih baik.

Teknik untuk mengoptimalkan cycle time

Identifikasi dan eliminasi bottleneck

Bottleneck terjadi saat satu tahap dalam alur kerja menghambat kecepatan, menyebabkan penundaan dan menambah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Bottleneck bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kapasitas mesin yang terbatas, kekurangan bahan baku, atau tenaga kerja yang kurang terampil. Setelah ditemukan, perusahaan perlu menganalisis penyebabnya dan mengambil langkah konkret, seperti menambah kapasitas atau mengoptimalkan alur kerja di sekitar bottleneck.

Terapkan metode lean manufacturing

Lean manufacturing fokus menghilangkan pemborosan dan meningkatkan value stream dalam produksi. Dengan mengurangi pemborosan seperti waktu tunggu, gerakan yang tidak perlu, atau persediaan berlebih, cycle time bisa berkurang secara signifikan.

Salah satu konsep penting dalam lean manufacturing adalah 5S (Sort, Set in order, Shine, Standardize, Sustain), yang menciptakan tempat kerja yang lebih rapi dan efisien. Penerapan 5S ini bisa meningkatkan kecepatan proses, mengurangi downtime, dan meningkatkan kualitas, yang pada akhirnya menurunkan cycle time.

Tingkatkan keterampilan tim

Pelatihan berkelanjutan dan pengembangan keterampilan sangat penting agar tim bisa mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang menghambat kinerja. Meningkatkan keterampilan teknis, manajerial, dan pemahaman proses produksi atau layanan membuat tim lebih mampu bekerja dengan baik. Komunikasi yang lancar antar anggota juga membantu mengurangi kesalahan atau waktu tunggu yang memperpanjang cycle time.

Mengotomatiskan proses kerja

Automasi adalah cara yang efektif untuk mengurangi cycle time, terutama di industri manufaktur dan jasa. Dengan menggantikan proses manual dengan sistem otomatis, perusahaan bisa mempercepat produksi, mengurangi kesalahan manusia, dan meningkatkan konsistensi.

Tingkatkan supply chain management

Manajemen rantai pasokan yang efisien sangat penting untuk mengurangi cycle time, terutama di sektor manufaktur dan distribusi. Keterlambatan pengadaan bahan, pengiriman yang terlambat, atau pengelolaan inventaris yang buruk bisa memperpanjang cycle time.

Dengan meningkatkan manajemen rantai pasokan, seperti mempererat kerja sama dengan pemasok, mengoptimalkan persediaan, dan memanfaatkan teknologi untuk memantau aliran barang secara real-time, perusahaan bisa mempercepat proses produksi. Hal ini membantu mengurangi cycle time dengan memastikan semua komponen tersedia tepat waktu dan proses produksi berjalan lancar.

Mengurangi cycle time Anda dengan software

Menghitung cycle time secara manual sering kali memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan. Dengan software yang mendukung manufaktur, inventory, dan supply chain, Anda bisa mendapatkan data yang akurat dan real-time.

Namun, jika Anda mencari solusi yang lebih komprehensif, software ERP dapat menjadi pilihan terbaik. ERP mampu mengotomatiskan proses produksi dan meningkatkan efisiensi operasional secara menyeluruh. Cycle time yang optimal bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga kunci untuk tetap kompetitif di pasar yang terus berkembang. Anda.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Biaya produksi adalah salah satu faktor paling penting dalam kegiatan bisnis, khususnya di perusahaan manufaktur maupun jasa. Istilah ini merujuk pada seluruh pengeluaran yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk atau layanan siap jual. Memahami biaya produksi sangat penting karena menjadi dasar dalam menghitung harga pokok produksi (HPP), menentukan harga jual yang kompetitif, serta mengevaluasi efisiensi dan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.

Simak artikel ini untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang biaya produksi mulai dari pengertian, tujuan dan fungsinya, unsur-unsurnya, jenis, faktor yang mempengaruhi, cara menghitung dan contohnya, hingga cara menguranginya.

Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah total pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk atau jasa yang siap dijual. Komponen utamanya terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan memahami biaya produksi atau production cost, perusahaan dapat menghitung harga pokok produksi (HPP), menentukan harga jual yang tepat, serta mengevaluasi efisiensi dan profitabilitas bisnis.

Tujuan dan Fungsi Mengetahui Biaya Produksi

  1. Menentukan Harga Jual
    Biaya produksi menjadi dasar untuk menetapkan harga jual yang kompetitif, sekaligus memastikan perusahaan tetap memperoleh keuntungan.
  2. Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP)
    Perhitungan biaya produksi digunakan sebagai acuan menghitung HPP suatu produk sehingga perusahaan dapat mengetahui margin keuntungan secara lebih akurat.
  3. Mengevaluasi Efisiensi dan Laba Rugi
    Dengan mengetahui production cost, perusahaan dapat mengidentifikasi pemborosan, mengevaluasi efisiensi operasional, dan menilai apakah produksi menghasilkan laba atau rugi.
  4. Membantu Pengambilan Keputusan
    Data biaya produksi membantu manajemen dalam membuat keputusan strategis, seperti perencanaan anggaran, efisiensi proses, hingga strategi peningkatan profitabilitas.
  5. Mengendalikan Biaya dan Alokasi
    Dana Informasi biaya produksi mempermudah perusahaan dalam mengontrol pengeluaran, mengatur alokasi dana, serta memastikan penggunaan sumber daya lebih efektif.

Unsur-unsur Biaya Produksi

Secara umum, biaya produksi terdiri dari tiga unsur utama, yaitu:

  1. Biaya Bahan Baku Langsung
    Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk bahan utama yang membentuk produk jadi dan dapat ditelusuri langsung ke produk akhir. Contohnya: tepung untuk roti, kain untuk pakaian, atau kayu untuk furnitur.
  2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
    Upah yang dibayarkan kepada pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi dan dapat ditelusuri ke produk tertentu. Misalnya upah tukang jahit, operator mesin, atau koki di dapur produksi.
  3. Biaya Overhead Pabrik
    Seluruh biaya tidak langsung yang mendukung jalannya produksi, selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Contoh biaya overhead pabrik: listrik, air, sewa fasilitas, pemeliharaan mesin, gaji staf pendukung, hingga biaya depresiasi peralatan.

Faktor-faktor yang memengaruhi biaya produksi

Production cost dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menentukan efisiensi dan besarnya pengeluaran perusahaan:

  1. Skala Produksi
    Semakin besar volume produksi, biaya tetap dapat dibagi ke lebih banyak unit sehingga menurunkan biaya per unit. Namun, perusahaan juga harus mengelola stok dan permintaan dengan baik agar tidak terjadi overproduction yang justru menambah biaya penyimpanan.
  2. Kualitas Manajemen
    Pengelolaan sumber daya yang baik, termasuk kontrol biaya overhead seperti sewa, utilitas, dan administrasi, sangat memengaruhi total production cost. Manajemen yang efisien dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan produktivitas.
  3. Ketersediaan Bahan Baku
    Harga, kualitas, dan kelancaran pasokan bahan baku berdampak langsung pada production cost. Perubahan harga global maupun lokal serta keterlambatan pasokan bisa memengaruhi efisiensi dan jadwal produksi.
  4. Teknologi dan Inovasi
    Penggunaan teknologi dan otomatisasi membantu meningkatkan efisiensi, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual, serta menekan biaya produksi jangka panjang. Inovasi juga mendukung kualitas produk yang lebih konsisten.

Jenis-jenis Biaya Produksi

  1. Biaya Tetap: Biaya yang tidak berubah meskipun jumlah produksi naik atau turun. Contohnya sewa gedung, asuransi, dan gaji karyawan tetap.
  2. Biaya Variabel: Biaya yang besarannya mengikuti volume produksi. Semakin banyak barang diproduksi, semakin tinggi biaya ini, misalnya bahan baku dan biaya listrik untuk mesin produksi.
  3. Biaya Semi-Variabel: Biaya yang memiliki komponen tetap sekaligus variabel. Contohnya tagihan listrik yang memiliki biaya minimum tetap, ditambah biaya tambahan sesuai pemakaian.
  4. Biaya Langsung: Pengeluaran yang dapat dihubungkan secara langsung dengan proses produksi atau produk tertentu, seperti bahan baku utama dan upah tenaga kerja langsung.
  5. Biaya Tidak Langsung: Biaya yang mendukung proses produksi tetapi tidak bisa ditelusuri langsung ke produk tertentu, misalnya gaji staf administrasi atau biaya pemeliharaan pabrik.

Cara menghitung biaya produksi

Memahami cara menghitung dan mengelola production cost sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan membuat keputusan yang tepat dalam bisnis.

Metode perhitungan biaya produksi

Ada dua metode utama yang digunakan untuk menghitung production cost: metode penyerapan (absorption costing) dan metode variabel (variable costing).

1. Absorption Costing

Dalam metode ini, semua biaya produksi, baik variabel (bahan baku, tenaga kerja langsung) maupun tetap (overhead produksi), dimasukkan ke dalam biaya produk. Artinya, setiap unit produk akan menanggung sebagian dari biaya tetap yang dibagi rata di antara semua unit yang diproduksi dalam periode tertentu.

Metode ini penting untuk laporan keuangan eksternal, seperti neraca dan laporan laba rugi, karena mengikuti Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Selain itu, metode ini membantu dalam penentuan harga jual dan evaluasi profitabilitas jangka panjang.

2. Variable Costing

Metode ini hanya menghitung biaya variabel dalam biaya produk, sementara biaya tetap dianggap sebagai biaya periode dan tidak dimasukkan dalam persediaan. Artinya, production cost per unit hanya mencakup bahan baku dan tenaga kerja langsung, tanpa biaya overhead tetap.

Metode variabel cocok untuk keputusan manajerial, terutama jangka pendek. Ini membantu analisis margin kontribusi untuk melihat dampak volume produksi terhadap profitabilitas, serta untuk menilai efisiensi dan membuat keputusan produksi berdasarkan kontribusi margin per unit.

Rumus untuk menghitung biaya produksi

Formula untuk biaya produksi
  • Biaya Bahan Baku: Ini adalah biaya semua material yang digunakan dalam proses produksi.
  • Biaya Tenaga Kerja: Meliputi semua biaya yang terkait dengan pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, seperti upah dan gaji.
  • Biaya Overhead Produksi: Ini termasuk semua biaya tidak langsung yang diperlukan untuk produksi tetapi tidak dapat diidentifikasi dengan satu unit produk secara langsung, seperti biaya sewa, utilitas, peralatan, dan administrasi.

Contoh perhitungan biaya produksi

Misalkan sebuah perusahaan membuat dalam usaha manufaktur smartwatch:

  • Biaya Bahan Baku: Komponen dan material untuk satu unit harganya $60.
  • Biaya Tenaga Kerja: Upah perakitan dan pengujian per unit adalah $25.
  • Biaya Overhead Produksi: Biaya sewa pabrik, listrik, dan administrasi per unit adalah $20.

Untuk menghitung total biaya produksi per unit telepon genggam:

Total Biaya Produksi = $60 (Bahan Baku) + $25 (Tenaga Kerja) + $20 (Overhead) = $105

Jadi, production cost untuk satu unit produk perusahaan tersebut adalah $105. Informasi ini dapat membantu perusahaan menentukan harga jual, mengevaluasi keuntungan, atau mencari cara mengurangi biaya agar lebih efisien.

Baca juga: Panduan Laporan Biaya Produksi Perusahaan Manufaktur

Cara mengurangi/menekan biaya produksi

Menurut Deloitte, target pengurangan production cost yang baik biasanya berkisar antara 10-30%, tergantung pada industri yang bersangkutan. Namun, penghematan yang lebih besar dapat tercapai jika ada komitmen kuat dari pimpinan dan perubahan yang lebih signifikan dilakukan.

Angka ini bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi pasar, teknologi yang dipakai, struktur biaya, dan karakteristik industri masing-masing.

1. Membangun Hubungan yang Baik dengan Supplier

Negosiasi yang cerdas dan supplier relationship management yabg baik bisa memangkas production cost secara signifikan. Strategi ini juga membantu membangun rantai pasok yang lebih tangguh dan efisien.

Produsen dapat membuat kontrak jangka panjang untuk menjamin volume tertentu dan mendapatkan harga lebih rendah. Selain itu, bekerja sama dengan pemasok regional atau memberikan eksklusivitas dengan imbalan potongan harga bisa menjadi langkah strategis untuk menekan biaya.

2. Menerapkan Prinsip Lean Manufacturing

Lean manufacturing efektif menurunkan biaya produksi dengan cara membatasi overproduction dan mengurangi waktu yang tidak produktif. Pendekatan ini juga menghemat biaya bahan baku dengan mengurangi kesalahan pembelian dan cacat produk.

Selain membantu mengurangi biaya, metode ini juga terbukti meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan. Tingkat cacat berkurang, dan proses produksi menjadi lebih efisien.

3. Standarisasi Suku Cadang

Standarisasi komponen adalah cara efektif untuk menekan production cost. Dengan mengurangi variasi komponen, proses pengadaan menjadi lebih simpel dan manajemen stok lebih terkontrol.

Produksi yang menggunakan lebih sedikit jenis komponen cenderung lebih efisien dan minim cacat. Selain itu, perawatan dan perbaikan jadi lebih cepat dan hemat karena komponen lebih mudah ditemukan.

4. Mengurangi Overhead Costs

Biaya overhead manufaktur mencakup pengeluaran tidak langsung seperti utilitas, perawatan fasilitas, depresiasi, dan administrasi. Memangkas overhead, baik lewat langkah besar seperti lean manufacturing atau langkah kecil seperti perawatan mesin, dapat secara signifikan meningkatkan margin keuntungan.

Salah satu cara efektif untuk menekan overhead adalah dengan mengotomasi tugas manual di back-office menggunakan teknologi. Langkah ini tidak hanya mengurangi pekerjaan repetitif tetapi juga meningkatkan efisiensi dan akurasi analisis data.

5. Mengotomatiskan Proses Produksi

Menyederhanakan proses produksi dapat menurunkan production cost, seperti yang dijelaskan dalam studi McKinsey, yang menyebutkan bahwa otomatisasi dapat mengurangi biaya operasional hingga 30%.

Hal ini bisa dicapai dengan menerapkan alur kerja yang standar dan desain tata letak fasilitas yang efisien, sehingga mengurangi hambatan dan memperlancar aliran material. Begitu juga, investasi pada otomatisasi dan robotik dapat mempercepat produksi dan memaksimalkan penggunaan sumber daya tenaga kerja.

Mengurangi biaya produksi dengan software

Menghitung production cost secara manual sering tidak efisien, rawan kesalahan, dan memakan waktu. Software MRP manufaktur dan Supply Chain Management (SCM) software bisa membantu Anda untuk mendapatkan metrik ini secara akurat dan real-time.

Namun, jika Anda mencari solusi yang lebih lengkap, ERP software dapat mengotomatiskan dan mengintegrasikan seluruh sistem bisnis Anda. Walau terlihat rumit, memperbaiki pengelolaan biaya produksi berdampak besar. Langkah ini bisa mengurangi pemborosan, meningkatkan akurasi data, dan memperkuat daya saing perusahaan Anda.

FAQ

Apa saja contoh biaya produksi?

Contoh biaya produksi adalah bahan baku, gaji tenaga kerja langsung, biaya listrik dan air pabrik, sewa gedung, serta perawatan mesin.

Apa saja yang termasuk biaya produksi?

Biaya produksi mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang mendukung proses produksi.

Apa saja 4 biaya produksi?

Empat biaya produksi utama adalah biaya tetap, biaya variabel, biaya langsung, dan biaya tidak langsung.

Apa rumus biaya produksi?

Rumus biaya produksi adalah: Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik.

Mengapa biaya produksi itu penting?

Biaya produksi penting karena menjadi dasar penentuan harga jual, perhitungan harga pokok penjualan (HPP), serta evaluasi efisiensi perusahaan.

Bagaimana cara paling efektif mengurangi biaya produksi?

Biaya produksi bisa ditekan dengan bekerja sama dengan supplier, menerapkan lean manufacturing, standarisasi bahan, mengurangi biaya overhead, dan menggunakan otomatisasi.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Apa itu lead time?

Lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses bisnis, dari awal hingga selesai. Metrik ini penting bagi pemasok dan produsen untuk memahami waktu yang diperlukan dalam pengadaan, produksi, dan pengiriman barang.

Lead time yang lama menunjukkan adanya masalah dalam proses produksi, yang bisa menyebabkan keterlambatan pengiriman dan menurunkan kepuasan pelanggan. Sebaliknya, lead time yang singkat mencerminkan proses yang efisien dan mengurangi biaya penyimpanan.

Manfaat dari lead time

  • Perencanaan yang Lebih Baik: Dengan mengetahui metrik ini, Anda bisa menjadwalkan produksi dan pengiriman untuk memastikan produk Anda tiba tepat waktu ke tangan pelanggan Anda.
  • Pengurangan Biaya: Lead time yang lebih pendek memungkinkan Anda untuk mengurangi biaya penyimpanan dan meminimalkan pemborosan bahan, sehingga Anda bisa menjaga keuntungan bisnis Anda.
  • Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Ketika Anda bisa mengirimkan produk tepat waktu, pelanggan Anda akan lebih puas, yang pada gilirannya bisa meningkatkan loyalitas mereka terhadap bisnis Anda.
  • Memberikan Gambaran Kinerja: Dengan memantau indikator operasional ini, Anda mendapatkan gambaran langsung tentang efisiensi bisnis, sehingga memudahkan pengambilan keputusan cepat untuk memperbaiki produksi.

Faktor-faktor yang memengaruhi lead time

  • Keterlambatan dalam Pengadaan Bahan Baku: Ketersediaan bahan baku memiliki peran penting dalam kelancaran produksi. Keterlambatan pengiriman dari pemasok, baik akibat masalah logistik maupun kualitas bahan yang tidak sesuai, dapat menghambat proses produksi secara keseluruhan.
  • Efisiensi Mesin dan Peralatan Produksi: Mesin dan peralatan yang berfungsi dengan baik sangat penting untuk kelancaran produksi. Downtime akibat kerusakan atau perawatan yang terhambat dapat menyebabkan waktu terbuang untuk perbaikan, yang akhirnya memperpanjang lead time.
  • Keterampilan dan Jumlah Karyawan: Karyawan yang terampil mempercepat produksi, sementara kekurangan tenaga kerja atau keterampilan yang tidak sesuai akan menurunkan efisiensi dan memperpanjang lead time. Jumlah karyawan yang tidak memadai juga dapat menghambat target produksi.
  • Proses Manajemen Inventaris dan Penjadwalan Produksi: Manajemen inventaris yang baik memastikan bahan baku tersedia sesuai kebutuhan, tanpa kekurangan atau kelebihan. Penjadwalan yang buruk, seperti ketidaksesuaian antara permintaan dan produksi, dapat menyebabkan bottleneck, sehingga lead time menjadi lebih panjang.

Baca juga: 8 Faktor Kesuksesan Manajemen Inventory & 12 Metrik yang Perlu Diukur

Cara kerja lead time

Ada berbagai cara untuk menghitung lead time, tergantung pada jenis industri atau skenario tertentu. Setiap jenis memiliki relevansi berbeda berdasarkan proses yang sedang dianalisis:

  • Manufacturing: Mengukur waktu yang diperlukan dari mulai produksi hingga produk selesai. Ini membantu untuk mengetahui seberapa efisien proses produksi internal.
  • Order to Delivery: Meliputi seluruh proses dari penerimaan pesanan hingga produk sampai ke pelanggan, termasuk pengadaan, produksi, dan pengiriman. Ini penting untuk menilai efisiensi rantai pasokan secara menyeluruh.
  • Replenishment: Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kembali stok dari supplier ke gudang atau lini produksi. Hal ini penting agar stok tetap terjaga tanpa berlebihan atau kekurangan.
  • Design to Market: Periode dari desain produk hingga produk siap diluncurkan ke pasar. Ini mencakup R&D, prototyping, pengujian, produksi massal, dan pengiriman pertama kali, relevan untuk industri yang sering berinovasi.
  • Customer: Waktu yang harus ditunggu pelanggan dari pemesanan hingga produk diterima. Ini mencakup seluruh proses dari order to delivery, tetapi dilihat dari perspektif pelanggan.

Rumus untuk menghitung lead time

Formula untuk menghitung lead time
  • Procurement Time: Waktu yang dibutuhkan untuk memesan dan menerima bahan baku dari pemasok ke tempat produksi. Proses ini mencakup proses pesanan, pengiriman, hingga barang diterima di lokasi.
  • Production Time: Durasi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Proses ini mencakup persiapan, pembuatan, hingga inspeksi akhir sebelum produk siap dikirim.
  • Delivery Time: Waktu yang dibutuhkan untuk membawa produk dari gudang atau tempat produksi ke pelanggan. Ini termasuk proses packing, pengiriman, hingga barang tiba di tujuan akhir.

Contoh penghitungan lead time

Misalnya, sebuah toko retail memesan stok dari supplier untuk mengisi kembali barang di rak. Berikut prosesnya:

  • Tanggal Pemesanan: 1 Juli 2024 – Toko memesan produk ke supplier.
  • Waktu Pemrosesan Pesanan: 2 hari – Supplier butuh 2 hari untuk memproses pesanan.
  • Waktu Pengiriman: 5 hari – Barang dikirim dari gudang supplier ke toko retail.

Perhitungan Lead Time:
Waktu Pemrosesan (2 hari) + Waktu Pengiriman (5 hari) = 7 hari.

Jadi, total waktu yang diperlukan adalah 7 hari, dari pemesanan hingga produk tiba di toko dan siap dijual ke pelanggan.

Apa yang harus dilakukan untuk mempercepat lead time?

Mempercepat lead time adalah salah satu cara utama untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan. Setiap industri memiliki standar lead time yang ideal, tergantung pada kebutuhan dan sifat operasionalnya.

  • Manufaktur: Waktu ideal di sektor manufaktur biasanya berkisar antara 2 hingga 10 hari. Durasi ini bergantung pada tingkat kompleksitas produk dan kapasitas produksi.
  • Retail: Di sektor retail, waktu ideal untuk pengiriman barang biasanya berkisar antara 3 hingga 7 hari. Durasi ini mencakup proses pengiriman barang dari supplier ke toko. 
  • Logistik: Lead time di logistik biasanya berkisar antara 1 hingga 5 hari. Rentang ini tergantung pada rute dan jarak pengiriman. 
  • Teknologi dan Software: Di industri teknologi, lead time untuk pengembangan perangkat lunak atau produk teknologi bisa bervariasi. Biasanya, waktu ini berkisar antara beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada skala dan kompleksitas proyek.

Teknik untuk mengoptimalkan lead time

1. Gunakan Supplier Lokal

Memilih supplier lokal mengurangi waktu pengiriman karena jarak yang lebih dekat dan hambatan logistik yang lebih sedikit. Dengan pemasok yang lebih dekat, barang bisa sampai lebih cepat, mempercepat keseluruhan lead time.

2. Kurangi Kegiatan yang Tidak Perlu

Mengadopsi prinsip lean manufacturing untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak memberi nilai tambah, seperti birokrasi berlebihan atau pemeriksaan yang tidak perlu. Hal ini membantu mempercepat alur kerja dan mempersingkat lead time.

3. Ubah Metode Pengiriman

Pemilihan metode pengiriman yang lebih fleksibel dapat meningkatkan frekuensi pengiriman dan mempercepat proses distribusi. Pengiriman yang lebih sering, meskipun lebih mahal, dapat memberikan manfaat besar dalam jangka panjang.

4. Upayakan Produksi In-house

Memproduksi barang secara in-house memungkinkan perusahaan mengontrol proses produksi dengan lebih baik. Dengan begitu, perusahaan bisa memantau dan mempercepat setiap tahap produksi sesuai kebutuhan.

5. Otomatiskan Pengelolaan Inventaris

Menggunakan sistem otomatis untuk inventaris mengurangi waktu untuk memesan dan mengatur stok barang. Ini mengurangi kesalahan manusia, mengoptimalkan stok, dan memastikan produk tersedia tepat waktu.

Mempercepat lead time menggunakan software

Menghitung lead time secara manual sering memakan waktu dan rentan kesalahan. Sebagai solusinya, software dengan fitur supply chain management dapat memberikan data real-time yang akurat, mempercepat keputusan, dan meningkatkan efisiensi.

Jika Anda memerlukan sistem yang lebih komprehensif, ERP software bisa jadi jawabannya. Dengan mengoptimalkan lead time, Anda tidak hanya menekan biaya, tetapi juga meningkatkan pengalaman pelanggan dan memperkuat posisi bisnis Anda di pasar.nda.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Apa itu days sales in inventory (DSI)?

Days Sales in Inventory (DSI) adalah sebuah metrik yang mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah persediaannya menjadi penjualan. Barang yang sedang dalam proses produksi (work in progress/WIP) juga dihitung dalam perhitungan metrik ini.

Fungsi utama DSI adalah untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan. Nilai yang rendah menunjukkan perusahaan efektif dalam mengelola stok dan penjualan, sedangkan nilai yang tinggi bisa menandakan penjualan yang kurang baik dan kemungkinan stok berlebih.

Manfaat dari DSI

  • Meningkatkan efisiensi pengelolaan inventaris: Dengan memahami metrik ini, Anda bisa lebih mudah melihat seberapa cepat produk Anda terjual, sehingga Anda tidak lagi khawatir kelebihan stok yang bisa menjadi pemborosan.
  • Menghindari masalah dalam aliran kas: Manajemen arus kas yang buruk menjadi penyebab 82% kegagalan perusahaan. Dengan DSI rendah, perputaran barang menjadi lebih cepat, sehingga kas perusahaan lebih lancar dan siap untuk berbagai investasi atau pengeluaran. 
  • Peramalan permintaan pelanggan: Metrik ini membantu Anda untuk lebih jeli dalam membaca tren pasar, sehingga Anda bisa lebih siap menghadapi permintaan pelanggan dan menghindari kehabisan stok.
  • Perencanaan Persediaan yang Lebih Akurat: Dengan sistem yang tepat, Anda akan mendapatkan data yang lebih akurat untuk merencanakan pembelian atau produksi, sehingga Anda tidak perlu khawatir tentang stok berlebih atau kekurangan.

Faktor-faktor yang memengaruhi DSI

  • Praktik Manajemen Inventaris: Manajemen inventaris yang efektif dapat mengurangi biaya penyimpanan dan meningkatkan efisiensi. Misalnya, metode seperti just-in-time (JIT) membantu meminimalkan jumlah stok yang harus disimpan, sementara stok berlebih atau barang yang lambat terjual justru meningkatkan biaya dan mengurangi efisiensi.
  • Strategi Penjualan dan Pemasaran: Penjualan yang efektif mempercepat pergerakan inventaris, sehingga barang lebih cepat terjual. Sebaliknya, strategi yang kurang efektif membuat barang berada lebih lama di gudang.
  • Siklus Hidup Produk: Tahap produk dalam siklus hidupnya memengaruhi days sales in inventory. Produk baru atau yang sedang populer cenderung cepat laku, sehingga memiliki waktu perputaran yang lebih singkat. Sebaliknya, barang musiman atau yang mendekati akhir siklusnya biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk terjual, sehingga perputarannya lebih lambat.
  • Waktu Pengiriman dari Supplier: Lama waktu pengiriman barang dari supplier berdampak pada DSI. Pengiriman yang cepat memungkinkan perusahaan untuk menyimpan stok lebih sedikit, sehingga mengurangi kebutuhan untuk persediaan. Sebaliknya, pengiriman yang lambat memaksa perusahaan untuk menyimpan stok dalam jumlah lebih banyak, yang meningkatkan kebutuhan persediaan.

Cara kerja day sales in inventory

Ada dua metode utama untuk menghitung Days Sales in Inventory:

1. Menggunakan Cost of Goods Sold (COGS)

Formula DSI menggunakan COGS

Average inventory dihitung dari (Beginning inventory + Ending inventory) / 2, sementara COGS adalah total biaya barang yang terjual dalam periode tertentu. 

2. Menggunakan Sales Revenue

Formula COGS menggunakan Sales Revenue

Gross Margin Percentage dihitung dengan rumus: (Sales Revenue – COGS) / Sales Revenue.

Kedua metode ini membantu menghitung rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengubah inventaris menjadi penjualan. Pemilihan metode tergantung pada data dan fokus analisis:

  • Metode COGS: Cocok untuk fokus pada hubungan inventaris dengan biaya barang yang terjual, terutama pada industri manufaktur.
  • Metode Sales Revenue: Lebih relevan bagi bisnis retail yang ingin mempertimbangkan nilai penjualan dan margin keuntungan.

Contoh perhitungan DSI

Metode COGS

Diketahui sebuah perusahaan memiliki:

  • Beginning Inventory: $50.000
  • Ending Inventory: $60.000
  • COGS (Cost of Goods Sold) for the year: $1.000.000

1. Kalkulasi Average Inventory

Average Inventory = Beginning Inventory + Ending / 2

Average Inventory = (50.000 + 60.000) / 2 = 55.000

2. Kalkulasi DSI

DSI = (Average Inventory / COGS) x 365

DSI = (55.000 / 1.000.000) x 365 = 20 hari

Dengan menggunakan metode COGS, dibutuhkan sekitar 20 hari untuk mengubah persediaan menjadi penjualan.

Metode sales revenue

Diketahui sebuah perusahaan memiliki:

  • Beginning Inventory: $50.000
  • Ending Inventory: $60.000
  • Sales Revenue: $2.000.000
  • COGS (Cost of Goods Sold) selama setahun: $1.000.000

1. Kalkulasi Average Inventory

Average Inventory = Beginning Inventory + Ending / 2

Average Inventory = (50.000 + 60.000) / 2 = 55.000

2. Kalkulasi Gross Margin Percentage

Gross Margin% = Sales Revenue – COGS / Sales Revenue 

Gross Margin% = 2.000.000 – 1.000.000 / 1.000.000 = 50%

3. Kalkulasi DSI

DSI = (Average Inventory / Sales Revenue) x 365 x Gross Margin%

DSI – (55.000 / 2.000.000) x 365 x 0.5 = 10 hari

Dengan menggunakan metode Sales Revenue, dibutuhkan sekitar 10 hari untuk mengubah persediaan menjadi penjualan, dengan memperhitungkan margin kotor.

Mengoptimalkan days sales in inventory

Setiap industri punya standar DSI yang berbeda karena sifat produk, siklus penjualan, dan kebutuhan pasar. Berikut perbandingan DSI rendah dan tinggi di berbagai industri:

1. Industri Makanan dan Minuman

  • DSI Rendah (5-20 hari): Produk seperti makanan segar atau minuman punya umur simpan pendek, jadi stok harus cepat berputar untuk menjaga kualitas.
  • Contoh: Restoran cepat saji, supermarket, atau toko roti.

2. Industri Reteil dan Fashion

  • DSI Menengah (30-90 hari): Produk seperti pakaian dan sepatu mengikuti musim penjualan tertentu. Perusahaan harus menjaga stok tetap seimbang agar tidak kehabisan atau kelebihan barang.
  • Contoh: Toko pakaian, merek sepatu, atau pusat perbelanjaan.

3. Industri Teknologi dan Elektronik

  • DSI Rendah hingga Menengah (20-60 hari): Produk seperti gadget dan elektronik harus cepat terjual karena teknologi cepat berubah. Menyimpan terlalu lama bisa bikin produk jadi usang.
  • Contoh: Perusahaan penjualan smartphone, laptop, atau elektronik konsumen.

4. Industri Manufaktur dan Otomotif

  • DSI Menengah hingga Tinggi (60-120 hari): Proses produksi yang panjang bikin stok suku cadang dan produk jadi bergerak lebih lambat.
  • Contoh: Pabrik mobil, alat berat, atau peralatan mesin.

Teknik optimalisasi untuk DSI

  • Segmentasikan Inventaris: Bagi stok Anda jadi tiga kelompok: A, B, dan C. Fokus lebih dulu pada barang kategori A—yang nilainya tinggi atau paling laku—karena inilah yang paling memengaruhi biaya dan days sales in inventory.
  • Terapkan Sistem Just-In-Time (JIT): Strategi Just-in-Time memungkinkan Anda hanya memesan atau memproduksi stok ketika dibutuhkan. Ini membantu menghindari penumpukan barang yang tidak perlu, terutama untuk produk dengan permintaan yang mudah diprediksi.
  • Menganalisis Tren Permintaan Pelanggan: Lakukan analisis data penjualan untuk memahami pola permintaan. Dengan memahami produk mana yang paling laris di periode tertentu, Anda bisa merencanakan stok dengan lebih akurat dan efisien.
  • Membangun Supplier Relationship Management: Bekerjasama dengan pemasok yang fleksibel dan andal memastikan pengiriman barang lebih cepat dan tepat waktu. Hal ini mengurangi kebutuhan menyimpan stok dalam jumlah besar untuk jangka waktu lama.
  • Melakukan Audit Inventaris secara Rutin: Audit stok secara berkala membantu Anda memastikan akurasi data dan mengidentifikasi barang yang bergerak lambat (slow-moving). Dari sini, Anda bisa mengambil keputusan untuk menjual stok lama melalui promosi atau menghindari pembelian berlebih di masa depan.
  • Meningkatkan Strategi Penjualan: Dorong penjualan dengan promosi, diskon, atau bundling produk untuk mempercepat pergerakan stok yang lambat terjual. Strategi ini juga membantu menarik pelanggan baru dan meningkatkan pendapatan.

Meningkatkan DSI dengan software 

Menghitung DSI secara manual sering kali tidak efisien, rentan kesalahan, dan memakan waktu. Dengan menggunakan software yang memiliki kapabilitas inventory management, Anda bisa mendapatkan data DSI yang akurat secara real-time, sekaligus meningkatkan produktivitas.

Jika butuh solusi yang lebih lengkap, software ERP bisa menjadi pilihan untuk mengotomatisasi pengelolaan inventaris dan pengumpulan data. Memperbaiki DSI penting untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menekan biaya penyimpanan. Prosesnya mungkin menantang, tapi hasilnya sepadan — keputusan lebih tepat dan profit bisnis meningkat.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Apa itu inventory turnover?

Inventory turnover adalah indikator penting yang menunjukkan seberapa cepat sebuah perusahaan menjual dan mengganti stok dalam periode tertentu, seperti satu tahun. Rasio ini membantu perusahaan memahami seberapa efisien mereka mengelola persediaan sekaligus memenuhi kebutuhan pelanggan tanpa membebani biaya penyimpanan.

Inventory turnover yang tinggi menunjukkan stok bergerak cepat, manajemen persediaan berjalan baik, dan permintaan pelanggan terpenuhi. Sebaliknya, turnover rendah bisa jadi tanda masalah seperti stok menumpuk, barang sulit terjual, atau strategi pembelian yang kurang tepat.

Manfaat dari inventory turnover

  • Mengoptimalkan Pengelolaan Stok: Inventory turnover membantu perusahaan menghindari risiko kelebihan atau kekurangan stok, sehingga operasional berjalan lebih efisien.
  • Mengurangi Biaya Penyimpanan: Perputaran stok yang cepat menekan biaya gudang seperti sewa ruang dan perawatan barang.
  • Meningkatkan Arus Kas: Dengan turnover yang tinggi, pendapatan masuk lebih cepat, memberikan fleksibilitas untuk mendukung aktivitas bisnis lainnya.
  • Meningkatkan Kepuasan Pelanggan: Stok yang dikelola dengan baik memastikan barang selalu tersedia tepat waktu, sehingga pelanggan lebih puas.

Faktor-faktor yang memengaruhi inventory turnover

  • Permintaan Pasar dan Tren Konsumen: Perubahan preferensi pelanggan atau tren pasar langsung mempengaruhi kecepatan penjualan barang. Semakin tinggi permintaan, semakin cepat barang tersebut terjual.
  • Kebijakan Pembelian dan Penyimpanan: Strategi dalam mengatur jumlah pembelian dan frekuensi restock mempengaruhi jumlah stok yang tersedia. Hal ini tentu berdampak pada seberapa cepat perputaran stok tersebut.
  • Lead Time dari Pemasok: Waktu yang dibutuhkan pemasok untuk mengirimkan barang akan mempengaruhi ketersediaan stok. Semakin lama lead time, semakin lama juga waktu yang dibutuhkan untuk replenishment.
  • Strategi Penjualan dan Promosi: Diskon, kampanye pemasaran, atau peluncuran produk baru bisa meningkatkan daya tarik produk. Ini akan mempercepat perputaran stok dan menarik lebih banyak pembeli.

Cara kerja inventory turnover

Inventory turnover dihitung dengan membagi Cost of Goods Sold (COGS) dengan rata-rata nilai inventaris selama periode tertentu. Namun, dalam beberapa kasus, perhitungan ini bisa disesuaikan dengan menggunakan net sales, tergantung konteks perusahaan.

1. Menggunakan COGS

COGS adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli barang yang dijual dalam periode tertentu. Biaya ini mencakup bahan baku, tenaga kerja langsung, dan semua biaya lain yang langsung terkait dengan produksi barang atau jasa yang dijual.

Formula untuk mencari COGS

Average inventory membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang nilai inventaris selama periode tertentu. Caranya, jumlahkan nilai inventaris di awal dan akhir periode, lalu bagi dua.

Formula untuk average inventory

Setelah mendapatkan keduanya, inventory turnover dapat dikalkulasi.

Formula untuk inventory turnover menggunakan COGS
  • Relevansi: Metode ini ideal digunakan untuk bisnis yang memiliki biaya produksi langsung yang mudah dihitung, seperti perusahaan manufaktur atau retailer yang menjual barang fisik.
  • Contoh: Perusahaan pakaian menggunakan COGS untuk mengetahui seberapa sering mereka mengganti stok pakaian yang terjual.

2. Menggunakan Net Sales

Formula inventory turnover dengan net sales
  • Relevansi: Digunakan oleh perusahaan dengan model bisnis yang lebih kompleks, seperti perusahaan dengan produk yang memiliki margin keuntungan bervariasi atau model berbasis jasa.
  • Contoh: Perusahaan elektronik yang memiliki berbagai jenis produk dengan margin berbeda bisa menggunakan penjualan bersih untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang perputaran stok berdasarkan total penjualan.

Contoh perhitungan inventory turnover

Misalkan sebuah perusahaan memiliki informasi berikut:

  • Inventaris Awal: Rp300.000.000
  • Pembelian Bersih: Rp1.200.000.000
  • Inventaris Akhir: Rp250.000.000

1. Menghitung COGS

  • COGS = Beginning Inventory + Net Purchase − Ending Inventory
  • COGS = Rp300.000.000 + Rp1.200.000.000 – Rp250.000.000 = Rp1.250.000.000

2. Menghitung Average Inventory

  • Average Inventory = Beginning Inventory + Ending Inventory / 2
  • Average Inventory  = (Rp300.000.000 + Rp250.000.000) / 2 = Rp275.000.000

3. Menghitung Inventory Turnover

  • Inventory Turnover = COGS / Average Inventory
  • Inventory Turnover = Rp1.250.000.000 / Rp275.000.000 = 4,55

Apa yang harus dilakukan jika inventory turnover rendah?

Sebelumnya, kami menyebutkan bahwa semakin tinggi rasio inventory turnover, biasanya semakin baik karena menunjukkan penjualan yang kuat. Sebaliknya, rasio yang rendah sering kali menandakan penjualan yang lemah atau menurunnya permintaan pasar terhadap barang tersebut.

Namun, ada pengecualian untuk aturan ini. Contohnya, barang-barang mewah cenderung memiliki turnover yang rendah

Selain itu, angka inventory turnover yang ideal bervariasi di setiap industri. Perhatikan grafik ini untuk memahami perbedaannya:

Tabel yang menunjukkan turnover ratio yang ideal di berbagai industri.

Teknik pengoptimalan inventory turnover

Berikut adalah langkah-langkah sederhana untuk meningkatkan inventory turnover yang rendah agar bisnis Anda lebih efisien dan kompetitif:

1. Merampingkan Supply Chain

Supplier dengan harga termurah belum tentu pilihan terbaik. Jika produk tersebut sangat penting untuk penjualan atau sedang banyak diminati pasar, waktu pengiriman yang cepat dan terjamin bisa jadi lebih utama. Mengoptimalkan rantai pasok untuk menghilangkan hambatan akan meningkatkan penjualan, keuntungan, dan margin secara keseluruhan.

2. Menyesuaikan Strategi Penetapan Harga Anda

Sesuaikan harga untuk memaksimalkan margin pada barang yang sedang banyak diminati. Untuk barang yang lama tidak laku, pertimbangkan menjualnya melalui saluran sekunder atau menyumbangkannya ke lembaga amal agar bisa mendapat potongan pajak.

3. Periksa Peringkat di Industri Anda

Inventory turnover Anda perlu sebanding dengan standar di industri. Dengan memanfaatkan tren yang terlihat pada rasio persediaan, Anda bisa mengoptimalkan posisi strategis pada produk unggulan, memperbesar pangsa pasar, dan meningkatkan posisi di industri.

4. Meningkatkan Forecasting

Laporan penjualan dan inventaris memberikan data yang diperlukan untuk membuat prediksi stok lebih tepat. Data ini juga bisa digunakan untuk merencanakan penjualan di masa depan, seperti memberi ide untuk mengubah variasi produk atau menggabungkan barang dengan cara kreatif untuk mengurangi stok yang bergerak lambat dan mendapatkan margin lebih tinggi.

5. Mengotomatiskan Pesanan Pembelian

Automatisasi dapat meningkatkan efisiensi dan menekan biaya. Namun, dengan menambahkan sistem manajemen pesanan yang mempermudah pemesanan ulang barang yang banyak terjual, Anda akan meraih keuntungan lebih besar. Pertimbangkan untuk menggunakan sistem inventaris yang secara otomatis membuat pesanan pembelian untuk disetujui pembeli, sehingga kontrol lebih terjaga dan kesalahan lebih sedikit.

Meningkatkan inventory turnover dengan software

Menghitung inventory turnover secara manual seringkali memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan. Dengan software yang memiliki kapabilitas inventory management yang andal, Anda bisa mendapatkan data yang akurat dan real-time untuk pengelolaan stok yang lebih efisien.

Namun, jika Anda membutuhkan solusi yang lebih menyeluruh, kami menyarankan untuk berinvestasi dalam sistem ERP yang dapat mengotomatiskan proses lain sekaligus meningkatkan efisiensi bisnis Anda. Mengoptimalkan inventory turnover memang penuh tantangan, tapi hasilnya sepadan: efisiensi operasional meningkat, biaya penyimpanan turun, dan stok selalu sesuai kebutuhan pasar.

Baca juga: Perbedaan Metode FIFO, LIFO, FEFO dan Average Cost (AVCO)

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog