Dalam menjalankan bisnis atau perusahaan, mengelola banyak tim menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menilai dan mengawasi performa mereka. Sistem penilaian tradisional sudah ditinggalkan oleh lebih dari sepertiga perusahaan di AS karena cenderung fokus pada evaluasi masa lalu, bukan peningkatan kinerja saat ini dan di masa depan.

Penting untuk menerapkan sistem performance appraisal yang objektif dan konsisten. Dengan cara ini, penilaian dapat lebih akurat dan membantu dalam pengembangan tim yang lebih baik.

Apa itu appraisal?

Performance appraisal adalah penilaian rutin terhadap kinerja tim untuk mengevaluasi seberapa baik pekerjaan mereka sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. 

Proses ini membantu para manajer untuk mengidentifikasi kekuatan, area yang perlu ditingkatkan, dan nilai keseluruhan tim bagi perusahaan. Tak hanya itu, appraisal yang efektif juga berguna untuk menentukan penempatan posisi baru dalam struktur perusahaan.

Manfaat dari performance appraisal

1. Meningkatkan Semangat Tim

Penilaian kinerja yang adil dan transparan dapat meningkatkan semangat kerja tim. Ketika anggota tim mendapatkan pengakuan atas usaha dan pencapaian mereka, mereka merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Selain itu, perusahaan yang memiliki tim termotivasi terbukti 22% lebih menguntungkan. 

2. Membuat Ekspektasi lebih Jelas

Penilaian kinerja membantu menetapkan standar dan ekspektasi yang jelas. Dengan ini, tim memahami tugas dan tanggung jawab mereka secara spesifik, mengurangi kebingungan dan potensi kesalahpahaman.

Dengan adanya penilaian, tim dapat bekerja dengan lebih fokus dan memiliki tujuan yang terarah. Hal ini juga meningkatkan kinerja secara keseluruhan dan memastikan semua anggota tim berada di jalur yang sama.

3. Mendorong Peningkatan Performa Tim

Proses evaluasi kinerja memungkinkan perusahaan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada anggota tim. Hal ini membantu mereka mengenali area yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja. Menurut laporan Deloitte, perusahaan yang menerapkan pengakuan dan appraisal memiliki tingkat keterlibatan, produktivitas, dan kinerja yang 14% lebih tinggi. 

4. Meminimalisir Kesenjangan Skill

Appraisal membantu perusahaan mengidentifikasi adanya skill gap. Dengan memahami area yang perlu ditingkatkan, perusahaan dapat merancang program pelatihan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan pelatihan yang tepat, kemampuan dan produktivitas tim akan meningkat. Hal ini pun dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien dan produktif.

Jenis metode performance appraisal

1. 360 degree appraisal

Metode ini melibatkan feedback dari berbagai sumber, seperti atasan, teman sejawat, dan bawahan. Dengan cara ini, setiap individu yang berinteraksi dengan karyawan memberikan penilaian tentang performa mereka, menciptakan gambaran lengkap tentang kekuatan dan area yang perlu diperbaiki.

Kelebihan:

  • Memberikan gambaran komprehensif tentang kinerja individu.
  • Mengurangi bias dari penilaian satu pihak.

Kekurangan:

  • Proses ini bisa rumit dan memakan waktu.
  • Ada risiko penilaian tidak objektif berdasarkan hubungan personal.

2. Negotiated appraisal

Metode ini menggunakan mediator dalam evaluasi kinerja karyawan. Penilai memulai dengan memberikan pujian tentang kinerja karyawan sebelum menyampaikan kritik dan membahas area yang perlu diperbaiki. Pendekatan ini efektif ketika ada ketegangan antara karyawan dan manajer.

Kelebihan:

  • Menciptakan suasana evaluasi yang positif dan konstruktif.
  • Mengurangi potensi konflik dan mendorong keterbukaan komunikasi.

Kekurangan:

  • Memerlukan keterampilan komunikasi yang baik dari mediator.
  • Proses bisa memakan waktu lebih lama untuk mencapai kesepakatan.

3. Peer appraisal

Metode penilaian kinerja ini melibatkan teman sejawat sebagai evaluator untuk karyawan tertentu. Mereka yang sering berinteraksi dengan individu tersebut akan memberikan feedback tentang kinerjanya, sehingga dapat menilai kontribusinya dalam tim.

Kelebihan:

  • Memberikan perspektif yang tak terlihat oleh manajer.
  • Mendorong kolaborasi antar tim

Kekurangan:

  • Akurasi penilaian dapat dipengaruhi oleh bias dan konflik pribadi.
  • Dapat menimbulkan konflik antar rekan kerja

4. Self-assessment

Metode ini melibatkan tim untuk menilai kinerja mereka sendiri melalui kuesioner. Karyawan diminta untuk menilai pencapaian dan tantangan yang dihadapi selama periode penilaian.

Kelebihan:

  • Mendorong refleksi diri dan kesadaran tentang kinerja individu.
  • Memungkinkan tim untuk mengidentifikasi area pengembangan.

Kekurangan:

  • Mungkin terjadi penilaian yang terlalu optimis atau pesimis.
  • Hal ini dapat mengurangi akurasi evaluasi.

Kesalahan umum yang biasa dilakukan

1. Penilai yang Tidak Reliabel

Salah satu kesalahan umum dalam proses appraisal adalah melibatkan penilai yang tidak objektif. Penilai yang tidak dapat diandalkan dapat memberikan hasil penilaian yang tidak akurat, merugikan karyawan berprestasi, dan mengurangi kepercayaan terhadap sistem appraisal. Ketidakmampuan penilai dalam memberikan penilaian yang adil bisa menyebabkan ketidakpuasan di antara tim. 

2. Sistem Appraisal yang Tidak Selaras dengan Budaya Perusahaan

Jika sistem appraisal tidak selaras dengan nilai dan budaya perusahaan, karyawan bisa merasa tidak puas. Contohnya, jika perusahaan menekankan kolaborasi, tetapi sistem appraisal lebih fokus pada pencapaian individu, karyawan akan merasa diabaikan. 

3. Appraisal Tidak Disesuaikan untuk Setiap Tugas

Setiap tugas memiliki karakteristik dan tantangan yang unik, sehingga penilaian perlu disesuaikan agar hasilnya akurat. Jika tidak ada penyesuaian, hasil penilaian bisa tidak mencerminkan kinerja yang sebenarnya. Sebagai contoh, metode penilaian untuk manajer tim tidak akan relevan jika diterapkan pada karyawan yang melakukan pekerjaan administratif.

Cara melakukan performance appraisal yang efektif

1. Tentukan kriteria penilaian

Langkah pertama dalam melakukan appraisal yang efektif adalah menetapkan kriteria penilaian yang jelas dan terukur. Kriteria ini harus relevan dengan tugas setiap tim dan mencerminkan tujuan perusahaan.

Manajer perlu melibatkan tim dalam proses ini agar semua pihak memahami dan menerima kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang jelas membantu dalam penilaian dan memberikan arahan kepada tim tentang apa yang diharapkan dari mereka

2. Lakukan evaluasi dengan data yang akurat

Setelah menetapkan kriteria, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi kinerja menggunakan data yang akurat. Tahapan ini meliputi pengumpulan informasi dari berbagai sumber, seperti laporan kinerja, umpan balik dari teman sejawat, dan hasil proyek.

Manajer harus bersikap objektif dan menggunakan data faktual untuk mendukung penilaian. Jika perlu, diskusikan dengan karyawan untuk memahami pencapaian dan tantangan yang mereka hadapi. Dengan informasi yang akurat, hasil appraisal akan lebih kredibel dan dapat diandalkan.

3. Berikan feedback yang konstruktif

Setelah evaluasi, penting untuk memberikan feedback yang konstruktif kepada tim atau individu. Feedback yang diberikan harus jelas dan spesifik, mencakup hal-hal yang dilakukan dengan baik dan area yang perlu diperbaiki.

Manajer juga harus terbuka mendengarkan tanggapan dari tim dan menjelaskan alasan di balik penilaian. Dengan cara ini, feedback menjadi dialog dua arah, mendorong perbaikan dan pengembangan keterampilan di masa depan.

 4. Menindaklanjuti hasil appraisal untuk perbaikan

Langkah terakhir adalah menindaklanjuti hasil appraisal dengan rencana perbaikan yang konkret. Manajer dan karyawan harus bekerja sama menyusun rencana pengembangan pribadi yang mencakup tujuan jangka pendek dan panjang.

Rencana ini bisa mencakup program pelatihan, mentoring, atau penyesuaian tugas. Tindak lanjut yang konsisten menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan karyawan dan memastikan appraisal berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kinerja karyawan dan produktivitas.

Best practices untuk performance appraisal

1. Beri pelatihan dan dukungan untuk para manajer

Manajer perlu dibekali dengan skill yang tepat untuk melakukan penilaian kinerja secara efektif. Pelatihan mengenai cara memberikan feedback konstruktif, mengelola percakapan sulit, dan menghindari bias sangat penting agar evaluasi kinerja berjalan lancar.

Dukungan berkelanjutan, seperti panduan atau sesi coaching, juga membantu manajer lebih percaya diri dan objektif dalam menjalankan tugas. Hal ini memastikan proses appraisal dilakukan dengan adil dan profesional.

2. Komunikasi terbuka dan memberikan feedback yang teratur

Appraisal sebaiknya dilakukan lebih dari sekali dalam setahun. Feedback rutin membantu tim memahami perkembangan mereka dan memperbaiki area yang perlu ditingkatkan.

Selain itu, komunikasi yang terbuka membuat tim lebih nyaman menyampaikan tantangan atau kebutuhan mereka. Hal inidapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan positif.

3. Mengakui dan menghargai performa terbaik

Penting juga bagi perusahaan untuk mengakui kinerja tim atau individu yang luar biasa. Pengakuan ini bisa berupa penghargaan, bonus, atau apresiasi verbal yang tulus.

Ketika tim merasa kerja keras mereka dihargai, motivasi dan loyalitas mereka meningkat. Hal ini juga mendorong budaya kerja yang positif dan memotivasi tim lain untuk berprestasi lebih baik.

Kesimpulan

Performance appraisal adalah proses penting yang seringkali rumit karena melibatkan objektivitas dan keterampilan manajer. Jika dilakukan dengan tepat, appraisal dapat meningkatkan kinerja tim dan memperkuat hubungan antara manajer dan anggota tim.

Appraisal yang efektif juga berperan besar dalam pengembangan individu dan perusahaan. Jika membutuhkan bantuan untuk menyusun sistem appraisal yang lebih baik atau informasi tentang layanan konsultasi kami, hubungi kami agar bisnis Anda berjalan lebih optimal.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Survei terbaru dari Wiley mencatat peningkatan jumlah profesional HR dan manajer perekrutan yang menghadapi kesenjangan keterampilan, dari 55% menjadi 69% dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin kesulitan dalam menemukan kandidat dengan keterampilan yang sesuai.

Dengan masa berlaku keterampilan profesional yang semakin pendek, skill-gap analysis dan pengembangan karyawan berkelanjutan menjadi bagian penting dari strategi perusahaan. Analisis ini membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengatasi kekurangan keterampilan, mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis.

Apa itu skill gap analysis?

Skill gap analysis adalah sebuah tools yang dapat membantu perusahaan mengidentifikasi kekurangan skill dan mengambil langkah untuk mengatasinya agar tetap kompetitif dalam hal performa. Analisis ini dapat dilakukan di berbagai tingkat: individu, tim, departemen, hingga organisasi.

Tujuan utama dari skill gap analysis adalah memberikan gambaran keterampilan yang perlu ditingkatkan atau ditambahkan. Analisis ini memungkinkan perusahaan merancang strategi pelatihan, pengembangan, dan rekrutmen yang lebih efektif sesuai kebutuhan bisnis.

Manfaat dari skill gap analysis

1. Mengurangi Biaya Pengeluaran

Berdasarkan penelitian McKinsey, mencocokkan program pelatihan dengan kebutuhan keterampilan dapat mengurangi biaya hingga 50%. Daripada mencari kandidat baru, perusahaan bisa mengembangkan keterampilan tim yang ada melalui pelatihan yang terfokus.

2. Meningkatkan Kecocokan antara Karyawan dan Pekerjaan

Skill gap analysis membantu perusahaan menempatkan tim di posisi yang paling sesuai dengan keahlian mereka. Hal ini meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi turnover. Ketika tim merasa cocok dengan pekerjaan mereka, motivasi dan komitmen untuk memberikan yang terbaik juga meningkat. 

3. Membantu dalam Perencanaan Tenaga Kerja

Dengan mengetahui kekurangan keterampilan yang ada, perusahaan bisa merencanakan tenaga kerja dengan lebih baik. Skill gap analysis membantu HR mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di masa depan, sehingga perusahaan siap menghadapi perubahan pasar.

4. Meningkatkan Upaya Rekrutmen

Perusahaan akan lebih mudah dalam melakukan proses rekrutmen jika mengetahui keterampilan yang dibutuhkan. Mereka bisa menentukan kriteria spesifik dan menemukan kandidat yang tepat, sehingga mengurangi risiko salah rekrut. Dengan demikian, karyawan baru dapat segera memberikan kontribusi positif.

5. Mengembangkan Program Pelatihan yang Sesuai

Skill gap analysis memberikan data penting untuk merancang program pelatihan yang lebih efektif. Dengan mengetahui keterampilan yang kurang, perusahaan dapat fokus pada area tersebut, meningkatkan hasil belajar dan efisiensi penggunaan sumber daya. Tak hanya itu, hasil akhir dari pelatihan ini membuat karyawan lebih produktif dan efisien dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Berbagai jenis skill-gap analysis

1. Kualitatif

Penilai dapat mengevaluasi keterampilan tim dengan menggunakan istilah seperti “Melebihi harapan” atau “Berkinerja memuaskan” dalam skill gap analysis yang kualitatif. Biasanya, mereka memberikan satu label untuk setiap skill dan banyak evaluasi yang disertakan pertanyaan serta kolom komentar untuk menjelaskan penilaian yang diberikan.

Skor di bawah label tertentu menunjukkan adanya kesenjangan keterampilan. Departemen HR menyediakan panduan bagi manajer tentang arti berbagai skor. Jika keterampilan karyawan dinilai “Perlu peningkatan” atau “Tidak memenuhi persyaratan,” mereka diwajibkan untuk menyusun rencana peningkatan formal.

2. Kuantitatif

Tim manajemen atau departemen HR dapat menggunakan skala satu hingga lima untuk menilai keterampilan dalam skill-gap analysis yang kuantitatif. Dengan cara ini, mereka dapat mengevaluasi seberapa sering karyawan menggunakan skill tersebut.

Analisis ini membantu bisnis mengidentifikasi tren keterampilan di setiap departemen. Jika hasil menunjukkan skor rendah untuk keterampilan tertentu, seperti manajemen proyek, tim kepemimpinan dapat memprioritaskan pelatihan di area tersebut.

3. Analisis tim

Analisis kesenjangan keterampilan individu menilai kualitas keterampilan pribadi, sedangkan analisis tim melihat apakah tim memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. 

Misalnya, jika tim pemasaran ingin membuat halaman produk baru, manajer harus mengevaluasi kemampuan tim. Jika ada kekurangan, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk merekrut freelancer atau menambah anggota tim.

Kesalahan umum yang biasa dilakukan

1. Tidak Adanya Komunikasi 

Salah satu kesalahan terbesar dalam analisis skill gap adalah kurangnya komunikasi yang efektif antara manajemen dan tim. Ketika tujuan dan proses analisis tidak dijelaskan dengan baik, tim dapat merasa tidak terlibat atau bahkan cemas bahwa proses ini akan mengungkap kelemahan, bukan kekuatan mereka.

2. Menunda untuk Melakukan Skill Gap Analysis

Banyak perusahaan menunda skill gap analysis karena kesibukan operasional atau anggaran yang terbatas. Namun, penundaan ini justru memperburuk masalah keterampilan di masa depan.

Kesenjangan keterampilan yang tidak ditangani berdampak negatif pada produktivitas dan keberhasilan bisnis. Penting untuk menjadwalkan analisis secara rutin agar perusahaan dapat segera mengambil langkah perbaikan yang diperlukan.

3. Kurang Adanya Evaluasi Berkelanjutan

Banyak perusahaan hanya melakukan skill gap analysis sekali tanpa evaluasi rutin, padahal keterampilan dan kebutuhan bisnis terus berubah. Untuk menghindari kehilangan kesempatan dalam mengidentifikasi kesenjangan keterampilan baru, perusahaan perlu mengintegrasikan skill gap analysis ke dalam strategi pengembangan tim secara berkelanjutan.

Cara melakukan skill-gap analysis

1. Melakukan asesmen skill yang ada

Langkah awal dalam analisis kesenjangan keterampilan adalah mengevaluasi keterampilan yang dimiliki tim. Jika organisasi Anda sudah memiliki data keterampilan yang lengkap, itu merupakan keuntungan. Jika belum, Anda dapat mulai dengan meninjau dan menganalisis penilaian karyawan sebelumnya, melakukan penilaian baru, serta mengadakan wawancara dan pertemuan individu antara manajer dan anggota tim.

Penting untuk melibatkan tim dalam proses ini, karena mereka dapat memberikan data berharga tentang skill dan area di mana mereka merasa kurang percaya diri. Dengan memahami keterampilan yang ada, perusahaan akan lebih mudah menemukan kesenjangan yang perlu diperbaiki.

2. Identifikasi skill yang diperlukan

Setelah mengidentifikasi skill-skill yang ada, langkah selanjutnya adalah menentukan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bisnis. Hal ini mencakup analisis strategi perusahaan, tren industri, dan perubahan kebutuhan pasar.

Perusahaan perlu mengetahui keterampilan penting untuk posisi tertentu atau proyek mendatang. Diskusi dengan stakeholders dan tim manajemen sangat penting agar keterampilan yang diidentifikasi selaras dengan visi dan misi organisasi.

3. Prioritaskan ketimpangan skill yang paling penting

Anda sekarang memiliki daftar keterampilan yang dimiliki organisasi saat ini dan keterampilan yang diperlukan di masa depan. Skill gap adalah selisih antara kedua daftar ini.

Kemungkinan akan ada banyak daftar keterampilan yang perlu Anda kembangkan, jadi prioritaskan berdasarkan kepentingannya dan dampaknya terhadap bisnis. Dengan cara ini, Anda dapat fokus pada upaya perbaikan melalui pelatihan atau perekrutan untuk keterampilan yang paling krusial.

4. Mendesain sebuah solusi

Langkah terakhir adalah merancang solusi spesifik dan terukur untuk mengatasi kesenjangan keterampilan. Tahap ini juga mencakup pengembangan program pelatihan yang ditargetkan dan menetapkan tujuan jelas untuk setiap tim.

Pelatihan dan pengembangan keterampilan, seperti upskilling dan reskilling, adalah solusi populer untuk menutup kesenjangan keterampilan. Selain itu, penting untuk memiliki sistem evaluasi guna mengukur efektivitas solusi yang diterapkan, sehingga perusahaan dapat menilai kemajuan dan menyesuaikan pendekatannya jika diperlukan.

Best practice untuk skill gap analysis

1. Terapkan pelatihan yang ditargetkan

Pelatihan yang fokus pada kebutuhan spesifik memastikan penggunaan sumber daya dan waktu yang efisien. Daripada pelatihan umum yang tidak selalu relevan, perusahaan sebaiknya menargetkan keterampilan yang benar-benar diperlukan untuk menutup kesenjangan yang ada.

Hasilnya, pelatihan menjadi lebih efektif, dan tim bisa langsung menerapkan keterampilan baru mereka dalam pekerjaan sehari-hari.

2. Analisis data untuk memperjelas perbedaan skill

Menggunakan data yang akurat adalah kunci untuk mengidentifikasi kesenjangan keterampilan secara jelas. Perusahaan perlu mengandalkan hasil penilaian kinerja, survei keterampilan, dan laporan proyek untuk mendapatkan gambaran yang lengkap.

Dengan data ini, perusahaan bisa membuat keputusan yang lebih tepat tentang pelatihan dan pengembangan. Analisis berbasis data membantu mengurangi subjektivitas dan memastikan program pelatihan dirancang sesuai kebutuhan yang terukur.

3. Gunakan teknologi dalam skill gap analysis

Teknologi mempermudah proses skil gap analysis dengan tools yang dapat mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data secara efisien. Software HRIS, platform learning management, dan alat asesmen berbasis AI membantu perusahaan melacak keterampilan tim dan menemukan area yang perlu ditingkatkan lebih cepat.

Penggunaan teknologi ini meningkatkan efisiensi, mengurangi kesalahan, dan memberikan wawasan mendalam. Dengan otomatisasi, perusahaan bisa lebih fokus pada perencanaan dan pelaksanaan strategi pengembangan.

Kesimpulan

Skill-gap analysis mungkin terdengar rumit, tapi ini penting untuk perkembangan perusahaan. Dengan mengetahui kekurangan keterampilan dalam tim, perusahaan bisa membuat strategi pelatihan yang lebih efektif dan meningkatkan produktivitas.

Proses ini juga memastikan tim berada di posisi yang tepat dan siap menghadapi perubahan pasar. Jika Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut terkait proses bisnis, hubungi kami untuk mengoptimalkan potensi tim Anda melalui layanan solusi kami.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Mengukur progres perusahaan adalah tugas kompleks yang melibatkan banyak variabel data. Semua aspek operasional, dari penjualan hingga produktivitas tim, harus dipantau secara rutin untuk memastikan arah perusahaan masih sesuai target yang ditetapkan.

Perusahaan membutuhkan alat untuk mengukur kinerja, seperti KPI dan OKR. Kedua metrik ini memiliki pendekatan berbeda dan pemilihan yang tepat bergantung pada kebutuhan serta tujuan bisnis Anda.

Apa itu KPI

KPI adalah singkatan dari key performance indicator, yaitu ukuran kuantitatif untuk menilai kinerja terhadap tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dari keuangan dan HR hingga pemasaran dan penjualan, KPI membantu setiap area bisnis bergerak maju secara strategis dengan memantau perkembangan terhadap target yang telah ditetapkan.

KPI menetapkan target, menandai pencapaian, dan memberikan wawasan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Tujuannya adalah mengukur efektivitas strategi dan memastikan seluruh perusahaan bergerak menuju tujuan yang sama.

Jenis metodologi KPI

KPI dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan aspek yang diukur dan cara pengukurannya. Berikut adalah beberapa jenis KPI yang umum digunakan:

  • Indikator Kuantitatif: KPI ini diukur dengan angka, memberikan data yang jelas seperti jumlah penjualan atau pendapatan. 
  • Indikator Kualitatif: Mengukur aspek subjektif seperti kualitas layanan dan kepuasan pelanggan. 
  • Indikator Leading: Berfungsi sebagai sinyal awal tentang kinerja masa depan, membantu perusahaan membuat keputusan proaktif. 
  • Indikator Lagging: Mengukur hasil akhir dari proses yang telah selesai, memberikan gambaran tentang pencapaian. 
  • Indikator Input: Mengukur sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan hasil tertentu, seperti waktu, uang, atau tenaga kerja.

Contoh KPI

​Berikut adalah lima contoh KPI yang umum digunakan perusahaan untuk memantau kinerjanya:

  • Monthly Sales Revenue
    Mengukur total pendapatan dari penjualan dalam satu bulan. KPI ini membantu perusahaan memahami tren penjualan dan efektivitas strategi pemasaran.
  • Customer Satisfaction Rate
    Diukur melalui survei atau feedback, KPI ini menilai kepuasan pelanggan terhadap produk atau layanan. Tingkat kepuasan yang tinggi berhubungan dengan loyalitas dan rekomendasi positif.
  • Project Completion Time
    Mengukur durasi penyelesaian proyek dari awal hingga akhir. KPI ini penting untuk manajemen proyek dan efisiensi tim dalam memenuhi tenggat waktu.
  • Customer Retention Rate
    Mengukur persentase pelanggan yang tetap menggunakan produk atau layanan dalam periode tertentu. KPI ini menunjukkan seberapa baik perusahaan mempertahankan pelanggan dan membangun hubungan jangka panjang.
  • Operating Cost to Revenue Ratio
    Mengukur total biaya operasional dibandingkan dengan total pendapatan. KPI ini memberikan wawasan tentang efisiensi biaya dan profitabilitas perusahaan, serta membantu dalam pengambilan keputusan untuk penghematan biaya.

Cara menetapkan KPI

1. Tentukan tujuan bisnis yang jelas

Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan mendefinisikan tujuan bisnis dengan jelas. Tujuan ini harus selaras dengan strategi jangka panjang perusahaan dan mudah dipahami oleh seluruh anggota tim, seperti meningkatkan penjualan sebesar 20% dalam satu tahun.

2. Identifikasi indikator yang relevan

Setelah menetapkan tujuan, identifikasi indikator kunci untuk mengukur kemajuan. Pilih metrik yang mencerminkan kinerja dan berdampak langsung pada tujuan, seperti tingkat kepuasan pelanggan atau waktu respon layanan.

Misalnya, jika tujuan Anda adalah meningkatkan kepuasan pelanggan, fokuslah pada indikator seperti tingkat kepuasan pelanggan. Hal ini akan membantu Anda menilai seberapa efektif upaya Anda dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Pastikan KPI spesifik dan terukur

Setiap KPI yang ditetapkan harus bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu (SMART). Contohnya, alih-alih menggunakan KPI umum seperti “meningkatkan penjualan,” ubah menjadi “meningkatkan penjualan produk A sebesar 15% dalam tiga bulan ke depan.” 

4. Tentukan cara pemantauan dan evaluasi

Langkah terakhir adalah menetapkan metode untuk memantau dan mengevaluasi KPI secara berkala. Tentukan frekuensi pemantauan, penanggung jawab, serta alat atau sistem yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Dengan cara ini, KPI akan tetap relevan dan mendukung pengambilan keputusan yang berbasis data akurat. Pemantauan yang teratur membantu memastikan bahwa organisasi dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi.

Best practice dalam mengukur KPI

1. Libatkan Tim dalam Penetapan KPI

Ajak anggota tim untuk terlibat dalam penetapan KPI. Dengan keterlibatan ini, mereka akan lebih berkomitmen untuk mencapai target yang ditetapkan. Keterlibatan tim juga memastikan KPI yang ditetapkan relevan dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Hal ini akan membantu tim fokus dan termotivasi dalam mencapai tujuan bersama.

2. Komunikasikan Hasil ke Semua Stakeholders

Sampaikan hasil KPI dengan transparan kepada seluruh tim dan pemangku kepentingan. Ini akan menciptakan budaya akuntabilitas dan membantu semua orang memahami tujuan bersama. Komunikasi yang jelas tentang pencapaian dan tantangan juga penting. Hal ini mendorong kolaborasi dan mempermudah upaya mencapai hasil yang lebih baik.

3. Gunakan Software untuk Pemantauan

Pilih alat dan teknologi yang tepat untuk mengumpulkan dan menganalisis data KPI. Dengan software atau dashboard yang sesuai, Anda bisa memantau kinerja secara real-time dan mendapatkan wawasan yang lebih dalam. Software yang tepat mendukung visualisasi data, sehingga tim dapat dengan mudah memahami kinerja. Hal ini membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih akurat dan berdasarkan informasi yang jelas.

Apa itu OKR

Objectives and Key Results (OKRs) adalah kerangka kerja yang membantu bisnis mencapai strategi melalui penetapan tujuan yang sederhana dan kolaboratif. OKRs telah membantu banyak organisasi, termasuk Google, untuk menetapkan prioritas, menciptakan keselarasan internal, meningkatkan akuntabilitas, dan mencapai tujuan mereka.

Tujuan dari OKR adalah memberikan arahan yang jelas dan terukur tentang apa yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu, biasanya setiap kuartal. Setiap OKR terdiri dari dua elemen: “Objectives” (tujuan) yang menjelaskan pencapaian kualitatif, dan “Key Results” (hasil kunci) yang berfungsi sebagai metrik kuantitatif untuk menilai kemajuan.

Jenis metodologi OKR

OKR dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan tujuan dan sifatnya. Berikut adalah beberapa jenis OKR yang umum digunakan:

  • Aspirational OKR: Jenis ini mendorong tim dan individu untuk melampaui batasan dengan tujuan yang ambisius. Meskipun sulit dicapai, Aspirational OKR menciptakan motivasi untuk mencapai visi yang lebih besar.
  • Committed OKR: Fokus pada tujuan realistis dan terukur, Committed OKR mengharapkan pencapaian dalam periode tertentu. OKR ini memberikan kepastian dan kejelasan dalam penilaian kinerja.
  • Strategic OKR: Digunakan untuk menetapkan tujuan jangka panjang yang mendukung visi organisasi, Strategic OKR berfokus pada aspek penting bisnis. Tujuan ini memastikan semua inisiatif sejalan dengan strategi keseluruhan.
  • Tactical OKR: Jenis ini menekankan tujuan jangka pendek yang mendukung Strategic OKR. Tactical OKR membantu tim fokus pada detail operasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
  • Individual OKR: Jenis ini menetapkan tujuan bagi individu dalam organisasi, membantu mereka memahami peran dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dengan ini, perusahaan dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja setiap anggota tim.

Contoh OKR

Tim Marketing

Tujuan: Meningkatkan kesadaran merek di pasar.

  • Key Result 1: Meningkatkan jumlah pengunjung situs web sebesar 30% dalam kuartal ini.
  • Key Result 2: Meningkatkan pengikut media sosial sebesar 50% di semua platform.
  • Key Result 3: Menghasilkan 5 artikel blog yang mendapatkan minimal 1.000 tampilan masing-masing.

Tim Human Resources

Tujuan: Meningkatkan kepuasan karyawan dan retensi.

  • Key Result 1: Mencapai tingkat kepuasan karyawan minimal 85% dalam survei tahunan.
  • Key Result 2: Mengurangi tingkat turnover karyawan sebesar 15% dalam tahun ini.
  • Key Result 3: Mengimplementasikan 3 program pengembangan profesional baru untuk karyawan.

Tim Operations

Tujuan: Meningkatkan efisiensi proses operasional.

  • Key Result 1: Mengurangi waktu siklus produksi sebesar 20% dalam enam bulan.
  • Key Result 2: Mencapai tingkat kesalahan produksi di bawah 2% dalam kuartal ini.
  • Key Result 3: Mengoptimalkan penggunaan bahan baku untuk mengurangi biaya produksi sebesar 10%.

Cara menetapkan OKR

1. Tentukan tujuan yang jelas dan inspiratif

Tujuan untuk Objective Key Results harus jelas dan menggambarkan apa yang ingin dicapai dalam periode tertentu. Menetapkan tujuan yang inspiratif penting untuk memotivasi tim, mendorong anggota untuk bekerja lebih keras, berinovasi, dan menciptakan budaya kerja yang positif.

Pastikan tujuan tersebut selaras dengan visi dan misi organisasi. Dengan demikian, semua anggota tim akan merasa terhubung dengan tujuan yang lebih besar dan berkontribusi secara maksimal.

2. Identifikasi hasil kunci yang terukur

Setelah menetapkan tujuan, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi hasil kunci (Key Results) yang akan mengukur kemajuan. Hasil kunci harus bersifat kuantitatif dan terukur agar tim dapat mengevaluasi keberhasilan secara objektif.

Sebagai contoh, jika tujuan adalah meningkatkan penjualan, hasil kunci yang tepat bisa berupa persentase pertumbuhan penjualan. Dengan cara ini, tim memiliki indikator jelas untuk menilai pencapaian mereka.

3. Tetapkan rentang waktu

Tentukan rentang waktu yang jelas untuk pencapaian Objective Key Results, biasanya dalam satu kuartal atau satu tahun. Rentang waktu ini membantu tim fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Pastikan semua anggota tim memahami tenggat waktu yang ditetapkan. Dengan pemahaman yang jelas, setiap orang dapat bekerja lebih efisien untuk mencapai hasil yang diinginkan.

4. Komunikasikan dan tinjau secara berkala

Setelah menetapkan Objective Key Results, sampaikan informasi ini dengan jelas kepada semua anggota tim dan pemangku kepentingan. Lakukan tinjauan berkala untuk memantau kemajuan dan sesuaikan strategi bila diperlukan.

Diskusikan hasil yang telah dicapai serta tantangan yang dihadapi. Ini penting untuk dilakukan agar tim tetap fokus dan termotivasi dalam mencapai tujuan.

Best practices dalam mengukur OKR

1. Tetapkan Objective yang Menantang

Tujuan yang menantang mendorong tim untuk berinovasi dan berpikir kreatif dalam mencapai hasil lebih baik. Namun, pastikan tujuan tetap realistis agar tetap memotivasi tanpa membuat tim merasa kewalahan. Dengan menetapkan objective yang ambisius, perusahaan bisa mendorong pertumbuhan yang lebih cepat. Walaupun tidak semua tujuan tercapai 100%, usaha menuju target tersebut tetap menghasilkan dampak positif.

2. Libatkan Semua Departemen Perusahaan

Melibatkan semua departemen dalam penetapan Objective Key Results memastikan setiap bagian organisasi bergerak menuju tujuan yang sama. Ini menciptakan keselarasan antar tim dan memperkuat kolaborasi. Dengan mengetahui peran dan tujuan masing-masing, setiap departemen dapat bekerja lebih efektif dan saling mendukung. Hal ini juga meningkatkan transparansi dalam organisasi.

3. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

Saat menetapkan Key Results, jangan hanya fokus pada angka atau kuantitas, tapi perhatikan juga kualitas pencapaian. Mengejar target angka itu penting, tapi menjaga kualitas kerja adalah kunci keberhasilan jangka panjang. Dengan fokus pada kualitas, pertumbuhan dan pencapaian yang diraih akan lebih berkelanjutan dan sesuai standar perusahaan. Hal ini membantu memastikan bahwa target yang dicapai tidak hanya besar secara angka, tapi juga memberikan dampak positif yang nyata.

Perbedaan KPI dan OKR

AspekKPIOKR
FokusIndikator yang melacak target-target bisnisTarget yang dapat ditindaklanjuti dengan komponen yang terukur
BasisBerdasarkan hasil masa lalu dan proyek saat iniBerdasarkan visi dan misi perusahaan
TujuanSebagai alat evaluasi perusahaanSebagai alat yang dapat memotivasi 
Jenis targetBiasanya kuantitatif, seperti angka penjualan, produktivitas, atau efisiensi.Kombinasi kualitatif (Objectives) dan kuantitatif (Key Results) yang spesifik dan terukur.
Rentang waktuUmumnya bersifat jangka panjang atau berkelanjutan (tahunan).Biasanya diatur dalam periode yang lebih singkat, seperti kuartal atau setengah tahun.

Mana yang patut digunakan?

Baik KPI maupun OKR tidak ada yang lebih baik atau buruk; pilihan tergantung pada kebutuhan Anda. Pahami tujuan utama Anda sebelum menentukan kerangka yang akan digunakan.

KPI cocok untuk memantau perkembangan proyek atau inisiatif yang sudah berjalan, karena metriknya bisa disesuaikan dan diukur langsung. Sebaliknya, OKR lebih tepat untuk mencapai tujuan besar perusahaan dengan membaginya menjadi langkah-langkah konkret yang bisa diikuti oleh seluruh tim.

Kesimpulan

Penilaian kinerja dengan KPI dan OKR bisa tampak sulit karena melibatkan banyak data. Namun, KPI dan OKR dapat memberikan wawasan penting tentang progres perusahaan dan membantu mengidentifikasi masalah, sehingga tim tetap fokus pada tujuan.

KPI dan OKR masing-masing memiliki keunggulan. Pemilihan metode bergantung pada kebutuhan bisnis Anda. Kombinasi keduanya membantu perusahaan menjaga stabilitas operasional sambil mendorong pertumbuhan dan inovasi. Jika Anda tertarik untuk mendalami lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi kami. Kami siap membantu Anda menemukan solusi yang tepat.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Mengadopsi software atau teknologi baru di tempat kerja memerlukan waktu dan usaha, dan sering membuat karyawan kewalahan tanpa panduan yang memadai. Penelitian menunjukkan 59% pekerja tidak pernah menerima pelatihan resmi di tempat kerja, dan sebagian besar keterampilan mereka diperoleh dari belajar secara mandiri.

Oleh karena itu, perusahaan harus menyediakan program training terstruktur dan dukungan berkelanjutan. Dengan pelatihan yang tepat, karyawan akan lebih percaya diri dan kompeten dalam menjalankan tugas, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kesuksesan perusahaan. 

Apa itu training dan support?

Training adalah proses untuk meningkatkan skill, pengetahuan, dan kompetensi karyawan. Program pelatihan yang efektif membantu karyawan memahami tugas mereka dan menguasai keterampilan tambahan untuk mencapai performa optimal.

Support adalah dukungan yang diberikan selama dan setelah pelatihan. Tujuannya untuk memastikan karyawan dapat menerapkan keterampilan baru mereka dengan efektif dan mengatasi tantangan yang muncul saat bekerja.

Manfaat training untuk perusahaan

1. Meningkatkan Performa Perusahaan

Ketika karyawan memahami cara memanfaatkan alat atau teknologi dengan baik, mereka dapat bekerja lebih cepat dan mengurangi kesalahan. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan memperlancar proses operasional perusahaan.

Dengan demikian, program pelatihan bukan sekadar mengajarkan keterampilan baru. Program ini juga bertujuan memastikan karyawan mampu memberikan hasil yang terbaik.

2. Retensi Talent yang Lebih Baik

Karyawan yang merasa didukung dalam pengembangan karier cenderung lebih loyal. Sebanyak 76% karyawan setuju bahwa mereka lebih mungkin bertahan di perusahaan yang menyediakan pelatihan berkelanjutan.

Mengganti karyawan yang keluar memerlukan waktu, usaha, dan biaya yang lebih besar. Oleh karena itu, mempertahankan karyawan yang sudah ada melalui pelatihan yang berkesinambungan adalah langkah yang lebih efisien.

3. Meningkatkan Skill Karyawan

Dunia kerja selalu berubah dan keterampilan yang diperlukan saat ini bisa berbeda di masa depan. Program training membantu karyawan untuk terus belajar dan beradaptasi, sehingga mereka siap menghadapi perubahan dalam industri.

Dengan meningkatkan skill secara teratur, karyawan dapat bekerja lebih efektif. Mereka juga lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah dan berinovasi untuk tantangan bisnis.

4. Memperkuat Citra Merek

Perusahaan yang mendukung dan mengembangkan karyawannya memiliki citra positif di pasar. Hal ini menjadi keuntungan besar dalam menarik pelanggan dan mitra bisnis.

Dengan berinvestasi dalam training, perusahaan menunjukkan komitmen terhadap kualitas produk dan layanan. Citra merek yang kuat tidak hanya menarik pelanggan baru, tetapi juga membangun loyalitas di antara pelanggan yang sudah ada.

5. Lebih Kompetitif

Di era persaingan yang ketat, tim yang terlatih dapat membantu perusahaan merespons perubahan pasar lebih cepat. Program pelatihan yang efektif memastikan karyawan memiliki skill terbaru yang dapat membantu perusahaan bertahan dan menjadi pelopor inovasi.

Jenis metode training di perusahaan

1. On-the-job training

On-the-Job Training adalah metode pelatihan yang berlangsung di tempat kerja. Dalam pelatihan ini, karyawan belajar dengan melakukan tugas nyata di bawah pengawasan karyawan yang lebih berpengalaman atau supervisor.

Kelebihan:

  • Praktis: Karyawan langsung terlibat dalam tugas.
  • Relevan: Pelatihan sesuai dengan lingkungan kerja yang dihadapi.
  • Cepat: Proses pelatihan berlangsung lebih cepat karena dilakukan dalam konteks nyata.

Kekurangan:

  • Kualitas Bervariasi: Kualitas pelatihan bergantung pada trainer yang ada.
  • Gangguan Operasional: OJT yang tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu produktivitas.
  • Kurangnya Struktur: Tanpa rencana pelatihan yang jelas, pelatihan bisa menjadi tidak menyeluruh.

2. Mentoring

Mentoring adalah hubungan antara karyawan yang kurang berpengalaman (mentee) dan karyawan yang lebih berpengalaman (mentor). Berbeda dengan On-the-Job Training (OJT), mentoring bersifat jangka panjang dan fokus pada pertumbuhan serta perkembangan karyawan secara menyeluruh.

Kelebihan:

  • Personal development: Karyawan menerima bimbingan yang lebih personal dan pengembangan keterampilan yang lebih mendalam.
  • Jaringan: Mentee dapat memperluas jaringan profesional melalui mentor.
  • Peningkatan Keterlibatan: Hubungan mentoring dapat meningkatkan keterlibatan dan kepuasan kerja karyawan.

Kekurangan:

  • Waktu: Mentoring membutuhkan waktu yang cukup banyak, baik dari mentor maupun mentee.
  • Kesesuaian: Tidak semua pasangan mentor-mentee cocok.
  • Ketergantungan: Mentee mungkin menjadi terlalu bergantung pada mentor, sehingga mengurangi kemandirian mereka.

3. Menggunakan instruktur

Metode ini melibatkan pelatihan yang dipandu oleh seorang instruktur atau pelatih, baik di kelas fisik maupun virtual. Instruktur menyampaikan materi pelatihan melalui presentasi, diskusi, dan aktivitas interaktif untuk meningkatkan pemahaman karyawan.

Kelebihan:

  • Keterlibatan: Instruktur menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan menarik.
  • Penyampaian Materi: Instruktur menjelaskan konsep kompleks dengan cara yang mudah dipahami.
  • Feedback Langsung: Karyawan bisa bertanya dan mendapatkan klarifikasi secara langsung.

Kekurangan:

  • Biaya: Membayar instruktur profesional bisa mahal bagi perusahaan.
  • Ketergantungan pada Instruktur: Pelatihan bisa tidak efektif jika instruktur tidak berkualitas.
  • Tidak Selalu Praktis: Materi yang diajarkan tidak selalu relevan dengan pekerjaan sehari-hari.

4. Berbasis teknologi

Metode pelatihan ini memanfaatkan teknologi, seperti platform e-learning, video tutorial, dan simulasi komputer. Karyawan bisa mengakses materi pelatihan secara online, memberi mereka fleksibilitas dalam proses belajar.

Kelebihan:

  • Fleksibilitas: Karyawan dapat belajar kapan saja dan di mana saja sesuai jadwal mereka.
  • Akses ke Beragam Materi: Teknologi membuka akses ke berbagai sumber daya dan materi pelatihan yang lebih luas.
  • Efisiensi Biaya: Mengurangi biaya perjalanan dan logistik untuk pelatihan tatap muka.

Kekurangan:

  • Kurangnya Interaksi: Karyawan mungkin merasa terasing tanpa interaksi langsung dengan pelatih atau rekan kerja.
  • Motivasi: Tanpa pengawasan, beberapa karyawan mungkin kurang termotivasi untuk menyelesaikan pelatihan.
  • Keterbatasan Teknologi: Akses tergantung pada infrastruktur teknologi perusahaan, koneksi internet, dan perangkat yang diperlukan.

5. Case study

Metode pelatihan ini melibatkan analisis situasi nyata yang terjadi di perusahaan atau industri tertentu. Karyawan diberi kesempatan untuk menganalisis dan mendiskusikan solusi terhadap masalah yang ada. Pendekatan ini memungkinkan karyawan belajar dari pengalaman orang lain dan menerapkan teori dalam praktik

Kelebihan:

  • Pembelajaran Kontekstual: Karyawan memahami penerapan teori dalam situasi nyata.
  • Diskusi Kritis: Mendorong diskusi kelompok dan pengembangan kemampuan problem solving.
  • Relevansi: Meningkatkan keterlibatan karena materi yang diajarkan terasa lebih dekat dengan pengalaman mereka.

Kekurangan:

  • Waktu: Proses analisis dan diskusi dapat memakan waktu lebih lama dibandingkan metode pelatihan lain.
  • Variasi dalam Interpretasi: Perbedaan pendapat dari karyawan bisa menyebabkan kebingungan jika tidak dikelola dengan baik.
  • Ketersediaan Kasus: Tidak semua perusahaan memiliki akses ke studi kasus yang relevan atau berkualitas tinggi.

Cara menciptakan program training yang efektif

1. Menyusun kebutuhan training

Menilai kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi karyawan dan membandingkannya dengan model kompetensi yang ditetapkan untuk setiap posisi. Salah satu metode penting dalam tahap ini adalah skill gap analysis, yang membantu perusahaan mengidentifikasi keterampilan yang sudah dimiliki karyawan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. 

Dengan analisis ini, perusahaan dapat mengetahui area yang perlu diperbaiki, misalnya, jika banyak karyawan belum menguasai teknologi terbaru, pelatihan untuk alat atau software tersebut harus menjadi prioritas. Selain itu, survei karyawan juga dapat mengungkapkan keinginan dan kebutuhan mereka dalam pengembangan karier.

2. Menetapkan target untuk training

Tujuan pelatihan karyawan menjelaskan apa yang dapat dicapai oleh peserta setelah pelatihan. Target ini harus spesifik, measurable, achieveble, relevant, dan time-bound (SMART). Misalnya, perusahaan dapat menetapkan target untuk meningkatkan keterampilan penggunaan software tertentu sebesar 30% dalam waktu enam bulan. 

Menetapkan target yang jelas memudahkan evaluasi efektivitas pelatihan dan memotivasi karyawan untuk mencapai hasil. Hal ini juga membantu perusahaan dalam merencanakan tindakan yang tepat, termasuk pemilihan materi dan metode pelatihan.

3. Pilih metode pelatihan dan materinya

Berdasarkan kebutuhan dan target yang telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih metode pelatihan yang tepat dan merancang materi pelatihan. Metode yang bisa dipilih antara lain OJT, mentoring, dan pelatihan berbasis teknologi.

Materi pelatihan harus relevan dan mudah dipahami dengan menggunakan berbagai format, seperti modul, video, dan studi kasus, untuk memenuhi berbagai gaya belajar karyawan. Pastikan juga materi pelatihan selalu diperbarui sesuai dengan perkembangan terbaru di industri. 

4. Monitor dan evaluasi program training

Setelah program training berakhir, penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi guna mengukur keberhasilannya. Mengumpulkan feedback dari karyawan melalui survei, wawancara, atau observasi langsung dapat memberikan wawasan tentang apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki.

Selain itu, perusahaan harus menilai dampak pelatihan terhadap kinerja karyawan dan produktivitas. Jika target keterampilan tercapai, akan terlihat perubahan positif dalam kinerja dan hasil bisnis. Jika tidak, perlu dilakukan analisis untuk memahami penyebabnya dan menyesuaikan program pelatihan.

Best practices untuk training

1. Prioritaskan akses dan otonomi

Memberikan kebebasan kepada karyawan untuk memilih materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka dapat meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab atas perkembangan diri. Perusahaan perlu menawarkan berbagai pilihan pelatihan, baik online maupun tatap muka, agar karyawan dapat mengaksesnya kapan saja dan di mana saja.

Penting juga untuk memastikan bahwa semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan, tanpa memandang posisi atau latar belakang. Dengan memberikan akses yang adil, perusahaan dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung pertumbuhan seluruh tim.

2. Adaptasikan training ke budaya perusahaan

Setiap perusahaan memiliki budaya dan nilai-nilai yang unik, sehingga penting untuk menyesuaikan program pelatihan dengan budaya organisasi. Penyesuaian ini mencakup konten, metode, dan cara penyampaian pelatihan agar selaras dengan tujuan perusahaan, seperti mendorong kolaborasi dan kerja sama antar karyawan jika perusahaan menekankan nilai tersebut.

Dengan mengadaptasi pelatihan ke dalam konteks budaya perusahaan, karyawan dapat lebih mudah mengaitkan materi pelatihan dengan pekerjaan mereka sehari-hari. Hal ini tidak hanya meningkatkan relevansi dan efektivitas pelatihan, tetapi juga memperkuat budaya serta nilai-nilai yang ingin ditanamkan oleh perusahaan.

3. Investasi dalam teknologi dan software

Teknologi memiliki peran penting dalam pelatihan karyawan. Perusahaan dapat berinvestasi pada software dan platform pembelajaran seperti learning management software (LMS), aplikasi human resources information system (HRIS), dan alat kolaborasi online untuk mengelola dan melaksanakan pelatihan secara efisien.

Selain itu, teknologi memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Contohnya, gamifikasi, video interaktif, dan simulasi dapat memperkaya pengalaman belajar, meningkatkan keterlibatan, serta mempermudah perusahaan melacak progres dan mengevaluasi efektivitas program pelatihan.

Kesimpulan

Memberikan pelatihan yang efektif kepada karyawan memang bisa menjadi tantangan bagi perusahaan, terutama ketika dihadapkan dengan keterbatasan waktu, biaya, dan sumber daya. Namun, manfaat yang bisa diperoleh dari program pelatihan yang terencana dengan baik jauh lebih besar daripada tantangan yang dihadapi. 

Investasi yang tepat dalam pelatihan bisa meningkatkan keterampilan karyawan dan memperkuat daya saing perusahaan. Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang software HRIS untuk mendukung program pelatihan, silakan hubungi kami. Tim kami dengan senang hati akan membantu Anda menemukan solusi yang tepat untuk kesuksesan bisnis Anda.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog

Mengelola keuangan adalah aspek penting dari operasi untuk bisnis apa pun. Proses penagihan sangat penting bagi manajemen keuangan.

Invoice mencatat semua detail transaksi antara penjual dan pembeli. Proses tersebut merinci produk atau layanan, harga, dan ketentuan pembayaran.

Invoice sangat penting untuk catatan keuangan, pelacakan penjualan, dan pembayaran tepat waktu. Penagihan yang buruk dapat menyebabkan masalah arus kas bagi banyak bisnis.

Baca lebih lanjut untuk mempelajari tentang dokumen komersial ini. Artikel ini akan menjelaskan mengapa Anda memerlukan invoice dalam bisnis Anda dan memberikan contoh-contoh yang berbeda.

Apa itu invoice?

Invoice adalah sebuah dokumen yang mencatat transaksi antara pembeli dan penjual. Sederhananya, ini menunjukkan barang dan jasa yang telah dibeli dan berapa harganya.

Invoice lebih dari sekedar daftar barang yang terjual. Mereka sangat penting untuk sistem akuntansi bisnis kecil. Mungkin juga menunjukkan pajak atau diskon, ketentuan pembayaran, dan jumlah total yang harus dibayar dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Invoice melayani berbagai tujuan bisnis (yang akan Anda pelajari lebih lanjut di artikel ini). Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mendorong pembayaran klien, meramalkan penjualan, melacak inventaris, dan mendokumentasikan pajak.

Perbedaan invoice, kuitansi, dan faktur

Sejumlah invoice mungkin termasuk kuitansi kertas, tagihan penjualan, nota debit, faktur penjualan, atau catatan elektronik online.

Namun, banyak orang suka menukar faktur dengan catatan transaksi lainnya. Berikut beberapa perbandingan yang telah kami rangkum untuk Anda.

Perbedaan invoice dengan kuitansi

Sebelumnya, kami menyebutkan bahwa invoice adalah dokumen transaksi yang merinci perhitungan penjualan. Invoice beda dengan kuitansi.

Kuitansi adalah bukti tertulis bahwa sesuatu berpindah dari satu orang ke orang lain. Barang tersebut biasanya memiliki nilai harga. Berbagai transaksi, seperti B2B dan perdagangan pasar saham, umumnya melibatkan tanda terima.

Tabel di bawah membandingkan perbedaan invoice dengan kuitansi.

perbedaan invoice dan kwitansi

Perbedaan invoice dengan faktur

Anda mungkin sering menemukan kata faktur. Kata tersebut dapat diterjemahkan menjadi invoice ketika Anda menerjemahkan bahasa Indonesia ke Inggris. Namun, keduanya tetap memiliki arti yang berbeda.

Biasanya istilah faktur mengacu pada invoice yang secara hukum mewajibkan transaksi kena pajak. Faktur harus mencakup persyaratan khusus seperti nama dan alamat pembeli dan penjual, deskripsi barang atau jasa, jumlah, harga, dan pajak. Pemasok/vendor dan pembeli dapat diberikan faktur.

Tabel di bawah ini membandingkan invoice dengan faktur.

perbedaan invoice dan faktur

Baca juga: Contoh Proforma Invoice dan Perbedaannya dengan Invoice Biasa

Evolusi invoice

Sebelum menjelaskan lebih jauh fungsi dan elemen invoice, kita harus memahami sejarahnya. Invoice bukanlah penemuan yang baru. Asal-usulnya berasal dari menandai tulang untuk melacak transaksi.

Invoice telah berkembang jauh dari bentuk primitifnya. Seiring kemajuan teknologi, invoice menjadi semakin mekanis dan digital –- menghilangkan kebutuhan akan dokumen kertas fisik.

Berikut adalah beberapa metode yang menunjukkan seberapa jauh proses telah berkembang.

  • Invoice tertulis: Ini adalah cara tradisional untuk membuat invoice. Seseorang mencatat transaksi di atas kertas dengan tangan. Proses ini memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan. Sulit untuk mengelola dan melacaknya.
  • Invoice elektronik: Dengan komputer, bisnis dapat menghasilkan invoice elektronik. Invoice melalui komputer lebih cepat dan lebih tepat daripada metode tulisan tangan. Organisasi dapat mengirimnya ke klien secara langsung melalui email.
  • Invoice online: Metode ini memungkinkan bisnis mengelola invoice secara online. Lebih mudah untuk melacak dan mengelola pembayaran. Klien dapat dengan mudah mengakses invoice mereka melalui software.
  • Invoice mobile: Maraknya smartphone menyebabkan peningkatan invoice mobile. Invoice ini memungkinkan bisnis untuk menagih klien dari luar kantor. Proses ini memberikan fleksibilitas dan kenyamanan ekstra bagi perusahaan.

Evolusi invoicing menyederhanakan manajemen keuangan untuk bisnis. Teknologi baru ini telah meningkatkan efisiensi dan kenyamanan. Akibatnya, organisasi dapat menghemat waktu dan uang.

Fungsi invoice dalam bisnis

Invoice berfungsi sebagai dokumen penting untuk bisnis. Kertas tersebut adalah perjanjian mengikat yang menegaskan persetujuan kedua belah pihak terhadap harga yang dikutip dan ketentuan pembayaran.

Selain berfungsi sebagai perjanjian, faktur memiliki fungsi lain yang dimanfaatkan bisnis. Di bawah ini adalah beberapa fungsi tersebut.

1. Manajemen nota

Manajemen nota mengacu pada organisasi dan pelacakan informasi penting dalam bisnis. Mengenai invoice, ini berkaitan dengan pencatatan semua transaksi bisnis.

Invoice memberi bisnis catatan pengeluaran yang jelas untuk suatu transaksi. Catatan ini dapat membantu perusahaan mengelola catatan mereka secara internal, melacak penjualan dan pendapatan.

2. Manajemen pembayaran

Invoice berfungsi sebagai alat yang membantu bisnis dalam mengelola pembayaran secara efektif. Invoice dengan jelas menunjukkan kepada pelanggan apa yang mereka berutang dan kapan harus membayar.

Akibatnya, pelanggan melakukan pembayaran tepat waktu. Ini mengurangi kesalahpahaman dan perselisihan antara penjual dan pembeli.

Invoice memberi bisnis kemampuan untuk melacak pembayaran yang diterima dan terutang. Pelacakan ini memudahkan perusahaan untuk mengelola arus kas dan memantau keuangan mereka.

3. Payung hukum

Faktur yang sah adalah bukti sah dari kesepakatan bersama antara pembeli dan penjual mengenai harga tertentu. Dalam sengketa, dokumen tersebut dapat membantu bisnis membuktikan bahwa mereka telah memenuhi kewajibannya dan mengirimkan produk atau layanan yang telah disepakati.

4. Memudahkan pelaporan pajak

Untuk menghitung pajak terutang secara akurat saat mengajukan pajak, bisnis harus melaporkan pendapatan dan pengeluaran mereka. Faktur yang terorganisir dapat membantu perusahaan untuk mematuhi undang-undang perpajakan, menghindari penalti dan denda karena pelaporan yang tidak akurat.

Faktur engan jelas meringkas produk atau layanan yang dijual, harganya, dan ketentuan pembayarannya. Anda dapat menghitung pendapatan yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan serta biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan penjualan tersebut.

5. Analisis bisnis

Selain itu, bisnis dapat menggunakan invoice sebagai sumber data yang berharga untuk dianalisis. Dengan menganalisis data tagihan, perusahaan dapat mengidentifikasi area untuk peningkatan, mengembangkan strategi pertumbuhan, dan membuat keputusan yang matang tentang operasi mereka.

Elemen invoice

Elemen spesifik yang membentuk sebuah invoice dapat bervariasi tergantung pada jenis bisnis dan sifat transaksinya. Namun, faktur biasanya berisi tujuh elemen ini.

elemen komponen invoice
  1. Nomor invoice: Pengidentifikasi yang ditetapkan bisnis untuk setiap faktur yang diberikan ke pelanggan.
  2. Informasi pembeli: Ini termasuk nama dan informasi kontak pembeli, seperti nama perusahaan, alamat, dan nomor telepon mereka.
  3. Informasi penjual: Ini termasuk nama dan informasi kontak penjual.
  4. Tanggal pengeluaran: Tanggal penjual membuat faktur kepada pembeli.
  5. Deskripsi barang atau jasa: Uraian rinci tentang barang/jasa yang disediakan. Ini termasuk kuantitas dan harga satuan.
  6. Catatan tambahan: Ini adalah informasi lain yang ingin dikomunikasikan penjual kepada pembeli, seperti instruksi khusus untuk pembayaran atau pengiriman.
  7. Tagihan total: Jumlah yang harus dibayar pembeli untuk transaksi. Ini mungkin termasuk pajak atau diskon yang berlaku.
  8. Metode pembayaran: Ini menentukan metode pembayaran yang harus digunakan pembeli untuk membayar tagihan, seperti cek atau transfer elektronik.
  9. Syarat & Ketentuan: Ini merujuk pada kondisi khusus yang telah disepakati pembeli dan penjual terkait penjualan barang atau jasa. Ini mungkin termasuk ketentuan pembayaran, kebijakan pengembalian, dan informasi garansi.

11 Jenis invoice beserta contohnya

Industri, metode penagihan, dan frekuensi pembayaran menentukan jenis faktur yang dipilih bisnis. Berikut adalah 11 contoh invoice yang dapat Anda buat untuk klien:

1. Standard invoice

standard invoice

​​Invoice standar atau invoice tagihan, adalah yang paling umum digunakan oleh bisnis. Anda dapat menggunakan faktur ini untuk sebagian besar transaksi, karena formatnya sesuai dengan sebagian besar industri. Tagihan ini biasanya berisi rincian barang, kuantitas yang dibeli, harga per barang, dan total harga.

2. Commercial invoice

Anda dapat menggunakan invoice ini saat menangani bea cukai, seperti pengiriman internasional. Invoice ini berisi informasi penjualan yang diperlukan untuk menghitung tarif bea cukai untuk penjualan internasional.

3. Timesheet invoice

timesheet invoice

Seperti namanya, invoice ini bergantung pada jadwal. Invoice ini menagih pelanggan untuk layanan per jam. Tagihani termasuk jam kerja, tarif per jam, dan jumlah total yang harus dibayar. Industri yang menggunakan faktur ini antara lain pengacara, agensi kreatif, dan psikolog.

4. Recurring invoice

Recurring invoice atau faktur berulang serupa dengan invoice biasa, tetapi dibuat dan dikirim secara otomatis dan teratur. Perusahaan IT sering menggunakan faktur berulang untuk menagih klien mereka dengan jumlah tetap setiap bulan untuk paket layanannya.

5. Faktur kredit

faktur kredit

Faktur kredit atau nota kredit diterbitkan ketika pelanggan telah membayar lebih atau jika ada kesalahan pada faktur asli. Invoice ini menampilkan jumlah negatif, yang menunjukkan bahwa akun pelanggan telah dikreditkan.

6. Faktur debit

Invoice ini adalah kebalikan dari faktur kredit. Faktur debit dikeluarkan jika pembeli kurang bayar atau memiliki biaya tambahan untuk barang atau jasa. Faktur ini berisi jumlah positif yang ditambahkan ke akun pelanggan.

7. Faktur campuran

Faktur campuran mencakup tagihan kredit dan debit dalam satu faktur, dengan jumlah total menunjukkan positif atau negatif. Bisnis kecil biasanya tidak menggunakan jenis faktur ini untuk layanan mereka. Dalam situasi tertentu, faktur campuran mungkin diperlukan saat mengurangi jumlah terutang klien untuk satu proyek sambil meningkatkannya untuk proyek lainnya.

8. Proforma invoice

Proforma invoice adalah invoice yang dikirim ke pelanggan sebelum mengeluarkan invoice akhir. Hal unik dari invoice ini adalah tidak meminta pembayaran dari pelanggan. Pro forma hanya memberi pelanggan perkiraan harga, yang akan disesuaikan setelah produk atau layanan dikirimkan.

9. Interim invoice

Bisnis menggunakan invoice jenis ini untuk memfasilitasi pembayaran sebagian selama proyek atau kontrak, terutama untuk proyek besar dengan jadwal yang diperpanjang. Ini mungkin didasarkan pada pencapaian atau interval waktu tertentu dan biasanya mencakup perincian pekerjaan yang diselesaikan serta jumlah pembayaran yang sesuai.

10. Past due invoice

Past due invoice adalah tagihan yang belum dibayar dan telah melampaui batas waktu pembayaran atau belum dibayar dalam jangka waktu pembayaran yang telah disepakati. Tagihan ini mewakili pembayaran lewat jatuh tempo yang mungkin memerlukan tindakan lanjut untuk penagihan, seperti pengingat atau biaya keterlambatan.

11. Final invoice

Final invoice berfungsi sebagai puncak dari suatu transaksi, yang menunjukkan bahwa semua produk/layanan telah dikirimkan dan dibayar oleh klien. Ini meringkas jumlah total yang harus dibayar setelah memperhitungkan faktur, pembayaran, dan penyesuaian sebelumnya, yang mewakili langkah penutup dalam transaksi bisnis.

Tips dalam melakukan invoicing

Setiap bisnis ingin pelanggannya melakukan pembayaran tepat waktu. Kami telah membuat daftar sejumlah tips yang dapat Anda gunakan untuk memastikan ketepatan waktu tersebut.

1. Berikan insentif pembayaran lebih awal

Menawarkan diskon atau insentif lain untuk pembayaran tepat waktu atau lebih awal dapat memotivasi pelanggan untuk membayar secepatnya. Komunikasikan insentif ini pada faktur Anda dengan jelas dan berikan seperti yang dijanjikan.

2. Berikan pilihan pembayaran yang beragam

Berikan beberapa opsi pembayaran kepada pelanggan Anda, seperti kartu kredit, transfer bank, dan portal pembayaran online. Pilihan ini memberikan kenyamanan kepada pelanggan Anda, sehingga mengurangi penundaan pembayaran. Ingat untuk selalu menunjukkan metode pembayaran yang Anda gunakan di invoice Anda.

3. Menindaklanjuti pembayaran yang jatuh tempo

Lacak tagihan Anda dan segera tindak lanjuti pembayaran yang telah jatuh tempo. Kirim pengingat dan tingkatkan masalah jika perlu. Tetapkan proses yang konsisten untuk menindaklanjuti pembayaran yang terlambat untuk memastikan penyelesaian tepat waktu.

4. Membangun hubungan yang lebih dekat dengan klien

Menjaga hubungan yang baik dan membangun kepercayaan dengan klien atau pelanggan dapat mendorong pembayaran dilakukan tepat waktu. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi rutin, menjaga kualitas layanan, dan penyelesaian masalah pembayaran dengan cepat.

5. Jika perlu, gunakan faktur berulang

Pertimbangkan penagihan berulang untuk layanan atau langganan yang sedang berjalan, di mana faktur dibuat dan dikirim secara otomatis secara teratur. Metode ini merampingkan proses penagihan dan memastikan pengiriman invoice yang konsisten.

6. Otomatiskan invoicing

Gunakan software invoicing atau alat otomasi lainnya untuk merampingkan proses pembuatan faktur, sehingga Anda meminimalisir kesalahan. Pengotomatisan juga dapat membantu pelacakan pembayaran, pengingat, dan pelaporan, sehingga meningkatkan efisiensi proses penagihan Anda.

Salah satu software yang tersedia di pasaran adalah Impact. Pembuatan faktur menjadi mudah dengan modul invoice. Impact mengotomatiskan pembuatan invoice Anda sehingga Anda tidak perlu lagi memasukkan transaksi secara manual.

Dengan Impact, Anda meminimalkan kesalahan manusia yang biasanya terjadi di bidang keuangan dan memastikan Anda mematuhi undang-undang dan peraturan pajak setempat.

Kesimpulan

Bisnis dari semua ukuran harus memahami pentingnya invoice dan menggunakannya secara efektif. Invoice sangat penting untuk manajemen keuangan, memfasilitasi pencatatan, pelacakan penjualan, dan pembayaran tepat waktu untuk arus kas yang sehat.

Dalam lanskap yang kompetitif saat ini, pemanfaatan faktur yang efektif sangat penting bagi bisnis untuk berkembang dan sukses. Perusahaan dapat meningkatkan penagihan dan stabilitas keuangan dengan memberikan insentif pembayaran lebih awal, menawarkan opsi pembayaran yang beragam, dan membangun hubungan klien yang lebih dekat.

Tim Insights Impact

Tim Insights Impact terdiri dari beragam individu profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam berbagai aspek bisnis. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam dan pemahaman yang berharga tentang berbagai topik terkait strategi bisnis dan tren industri yang relevan.

Blog